Jumlah Emas Kelolaan BRIS Melesat Jadi 17,6 Ton Usai Berstatus Bullion Bank

Nur Hana Putri Nabila
16 April 2025, 13:58
Emas
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/agr
Plt Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Bob T Ananta menyampaikan paparannya mengenai prospek investasi emas BSI di Gedung BSI Tower, Jakarta, Selasa (15/4/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI mengelola hingga 17,66 ton emas per Februari 2025. Pencapaian itu diraih usai Otoritas Jasa Keuangan atau OJK merestui BSI menjadi bank emas atau bullion bank.  

Direktur Sales & Distribution BSI, Anton Sukarna, mengungkapkan total emas kelolaan BSI yang mencakup BSI Emas (BYOND), gadai emas, dan cicil emas. Menurut Anton, kelolaan emas ini naik 2,43% secara year to date (ytd), dari sebelumnya 17,24 ton menjadi 17,66 ton.

Di samping itu, jumlah saldo emas di BSI tercatat 463 kilogram pada Januari 2025. Angka ini naik menjadi 507 kilogram di Februari, atau tumbuh sekitar 9,5% dibanding bulan sebelumnya. Adapun pada Maret 2025, saldo emas atau bulion menjadi 621 kilogram, naik sekitar 22,5% dari Februari.

“Khusus untuk bullion posisi di 621 kilogram,” kata Anton di Jakarta, Selasa (15/4). 

Proyeksi Penjualan Emas BSI

Selain itu, Anton memperkirakan penjualan emas akan meningkat pada akhir April 2025 menjadi sekitar 230 kilogram secara bulanan (mtm), naik dari posisi bulan sebelumnya yang tercatat 126 kilogram. Hingga 13 April 2025, ia juga menyebut penjualan emas sudah mencapai sekitar 107 kilogram.

“Artinya ini hampir 100% dari posisi pertumbuhan di bulan Maret 2025,” ucap Anton.

Anton menjelaskan lonjakan penjualan emas setelah peresmian bank emas (bullion bank) pada Februari 2025. Selain itu, emas juga dianggap sebagai aset aman (safe haven), terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global. Menurutnya, saat kondisi investasi terasa kurang aman, masyarakat cenderung memilih instrumen yang paling stabil dan minim risiko, seperti emas.

Masyarakat banyak memburu emas di tengah harganya yang terus melonjak. Harga emas Antam sempat menembus harga tertinggi atau all time high (ATH) mencapai Rp 1,94 juta per gram. Apakah emas bakal terus naik?

Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, mengatakan bahwa pasar keuangan bergerak secara dinamis. Ia menilai pergerakan harga emas ke depan akan sangat ditentukan oleh dinamika isu ekonomi, kebijakan moneter, serta tensi geopolitik global. 

Ariston menyebut pasar juga tengah menanti langkah Presiden AS Donald Trump terkait rencana kenaikan tarif impor jika terpilih kembali sebagai Presiden AS. Apabila kebijakan tersebut hanya digunakan sebagai strategi negosiasi agar negara lain mengikuti keinginan AS tanpa benar-benar menaikkan tarif, maka kekhawatiran pasar bisa mereda dan harga emas pun berpotensi turun.

Namun, ia memperkirakan proses negosiasi ini bisa memakan waktu sekitar dua hingga enam bulan ke depan. “Bila isu tarif ini membaik, harga emas bisa koreksi lagi. Mungkin ke Rp 1,8 juta atau Rp 1,7 juta per gram,” ujar Ariston ketika dihubungi Katadata.co.id.

Selain itu ia menilai situasi global hingga akhir tahun masih sangat dinamis dan bisa berubah dengan cepat. Harga emas pun bisa melonjak atau anjlok dalam waktu singkat. Apabila ketidakpastian global terus meningkat, Ariston memperkirakan harga emas bisa menembus Rp 2,3 juta per gram tahun ini.




Geliat Chandra Asri (TPIA) Bawa Anak Usaha Chandra Daya IPO, Bakal Listing Semester I? 

Emiten orang terkaya nomor satu di Indonesia Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) disebut bakal membawa anak usahanya, PT Chandra Daya Investasi mencatatkan perdana sahamnya melalui initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kabar ini menguat seiring dengan sejumlah aksi korporasi yang dilakukan. 

Dalam keterbukaan informasi terbaru yang disampaikan kepada BEI, manajemen TPIA menyebutkan telah melakukan aksi korporasi pada salah satu anak usaha yang sudah berstatus terbuka atau Tbk. “Keterbukaan Informasi Transaksi Afiliasi terkait Penambahan Setoran Modal oleh Perseroan pada PT Chandra Daya Investasi Tbk (“PT CDI”),” tulis manajemen TPIA kepada BEI seperti dikutip Rabu (16/4). 

Dalam laporan terbaru, TPIA menjelaskan telah menyuntik tambahan modal ke anak usahanya sebanyak 8,53 lembar saham baru yang diterbitkan oleh PT CDI. Adapun nilai transaksinya sebesar Rp 853,26 miliar dan dilaksanakan pada 11 April lalu. 

Lewat suntikan dana itu, TPIA kini menggenggam 74 juta lembar saham CDI atau setara 66,7%. Pada saat bersamaan, suntikan dana juga diterima Chandra Daya dari Phoenix Power BV sebesar Rp 900 miliar. Transaksi ini membuat Phoenix menjadi pemegang saham Chandra Daya dengan kepemilikan 37 juta lembar saham atau setara 33,3%. 

Gerak lincah Chandra Asri di TPIA tak berhenti pada penambahan modal. Dalam keterangan resmi terbaru yang dikeluarkan Selasa (15/4), Chandra Asri mengumumkan telah menyuntikkan dana bersama Electricity Generating Public Company Limited (EGCO) sebesar US$ 185 juta atau senilai Rp 3,11 triliun kepada PT Chandra Daya Investasi (CDI). 

Dari jumlah tersebut, Chandra Asri menyetor US$ 90 juta atau Rp 1,51 triliun dan EGCO menyetor US$ 95 juta atau Rp 1,59 triliun. Penambahan modal tersebut di tengah dengan rencana initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Chandra Daya Investasi  atau perusahaan milik orang terkaya nomor empat di Indonesia Prajogo Pangestu, yang menguat dalam beberapa waktu terakhir. 

Chandra Asri Group memastikan akan tetap menjadi pemegang mayoritas di PT Chandra Daya Investasi (CDI) demi menjaga kendali dan arah strategis bisnis infrastruktur perusahaan. Masuknya tambahan investasi dari EGCO Group dinilai akan memperkuat kemitraan kedua pihak serta mendukung ekspansi aset infrastruktur CDI yang mencakup sektor energi, air, kepelabuhanan, penyimpanan, dan logistik.

Selain itu, sumber daya dari investasi tersebut juga akan diarahkan untuk mendorong pengembangan berkelanjutan CDI ke sektor-sektor strategis yang penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kawasan Asia Tenggara. 

Presiden Direktur & CEO Chandra Asri Group, Erwin Ciputra, mengatakan bahwa penambahan investasi dari EGCO memperkuat sinergi kedua perusahaan. Hal itu sejalan dengan visi perusahaan menjadi penyedia solusi infrastruktur pilihan di Asia Tenggara. 

Erwin mengatakan kolaborasi ini membuka peluang ekspansi operasional, optimalisasi aset, dan kontribusi terhadap pembangunan infrastruktur di Indonesia maupun kawasan.

 “Sekaligus menciptakan nilai jangka panjang bagi para pemangku kepentingan,” ucap Erwin dalam pernyataan resminya, Selasa (15/4). 

Chandra Daya Disebut Bakal IPO Semester I 2025 

Sebelumnya, seorang sumber yang mengetahui rencana aksi korporasi di Grup Barito itu membenarkan adanya rencana IPO. Bahkan dia mengatakan aksi korporasi itu akan dilakukan dalam waktu dekat.  “Sebelum pertengahan tahun 2025 ini,” kata sumber tersebut saat berdiskusi dengan Katadata.co.id.       

Rencana IPO itu juga telah diprediksi sejumlah analis. Institutional Equity Ciptadana Sekuritas Asia, Yehezkiel Christian, juga meyakini rencana aksi korporasi anak usaha emiten milik orang terkaya nomor satu di Indonesia itu.    

Christian menilai IPO tersebut dapat membuka peluang sinergi dan meningkatkan efisiensi operasional. Lebih jauh ia menilai, langkah Chandra Asri itu juga bakal memperkuat permodalan untuk ekspansi bisnis dan meningkatkan fleksibilitas keuangan.     

 “TPIA sedang mempersiapkan penawaran umum perdana (IPO) anak perusahaan yang berfokus pada infrastruktur, PT Chandra Daya Investasi,” tulis Christian dalam risetnya. 

General Manager of Legal & Corporate Secretary TPIA, Erri Dewi Riani, dalam penjelasan resmi kepada BEI membenarkan rencana IPO Chandra Daya Investasi tersebut. Menurut Erri Chandra Daya merupakan anak perusahaan yang berfokus pada investasi infrastruktur.  Meski begitu, Erri mengatakan saat ini belum ada pengumuman mengenai jadwal pelaksanaan IPO.   

“Masih dalam tahap pembahasan internal dan hingga saat ini belum dapat dipastikan kapan IPO atas PT CDI akan dilaksanakan,” ujar Erri dalam keterangan resmi pada BEI. 

Penjelasan yang sama sebelumnya juga sudah disampaikan Direktur PT Chandra Asri Pacific Tbk, Suryandi. Ia mengatakan hingga saat ini Chandra Asri Group belum dapat memberikan informasi terkait rencana IPO tersebut.    

“Kami akan memberikan informasi apabila sudah ada perkembangan yang dapat kami sampaikan,” kata Suryandi kepada Katadata.co.id beberapa waktu lalu.  

Kinerja Chandra Asri

Mengenai rencana IPO, Christian mengatakan Chandra Asri telah melakukan sejumlah langkah strategis. Selain itu ia juga menyatakan bahwa akuisisi kilang minyak baru-baru ini akan menjadi sumber utama bahan baku, mengurangi ketergantungan pada impor, dan menyederhanakan rantai pasokan.

Lebih jauh, Christian menilai arus kas yang dihasilkan oleh kilang tersebut juga akan membantu pembayaran utang dan mendukung ekspansi berkelanjutan, yang juga selaras dengan strategi pertumbuhan TPIA.

TPIA sebelumnya mengakuisisi Shell Energy and Chemicals Park (SECP) di Singapura, yang diharapkan akan mendukung perusahaan dalam mencapai produksi yang signifikan. Dengan akuisisi ini, Chandra Asri menargetkan jadi perusahaan petrokimia terbesar kelima di Asia Tenggara.  

“Dengan tambahan kapasitas dari SECP, Chandra Asri optimis akan mencatat pertumbuhan pendapatan hingga lima kali lipat pada 2024–2026 ,” kata Direktur TPIA, Edi Riva'i, dalam konferensi media di kawasan pabrik Chandra Asri, Banten, November 2024 lalu   

Shell Energy and Chemicals Park Singapore (SECP) terdiri dari kilang dengan kapasitas pengolahan 237.000 barel per hari, ethylene cracker dengan kapasitas 1,1 juta metrik ton per tahun di Pulau Bukom dan aset kimia hulu di Pulau Jurong, Singapura. 

Edi Riva'i mengatakan akuisisi ini menciptakan lompatan besar dalam pertumbuhan rata-rata kapasitas perusahaan. Berdasarkan proyeksi terbaru, akuisisi SECP diharapkan mendorong pertumbuhan tahunan rata-rata (p.a.) sebesar 106,7% pada 2024–2026.  

“Hal ini jauh melampaui pertumbuhan rata-rata tahunan sebelumnya, yaitu 7,4% pada 2005–2016 dan 6,4% pada 2016–2020,” kata Edi. 

Di samping itu, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) memperoleh status Objek Vital Nasional Bidang Industri atau OVNI untuk Pabrik Petrokimia yang berlokasi di Ciwandan, Banten. Status OVNI ini diberikan oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia melalui Keputusan Menteri Perindustrian RI Nomor 3023 Tahun 2024.

Pabrik Ciwandan ini merupakan Pabrik Petrokimia dengan fasilitas Naphta Cracker pertama dan satu-satunya yang beroperasi di Indonesia yang menghasilkan Olefin (Ethylene, Propylene), Polyolefin (Polyethylene, Polypropylene), Pygas, dan Mixed-C4.

Site Office Ciwandan juga menjadi penghasil domestik untuk produk petrokimia Butadiene, MTBE, dan Butene. Dengan produk-produk unggulan yang menjadi tulang punggung bagi industri lainnya, perusahaan memainkan peran sentral dalam rantai pasok nasional maupun internasional. 



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan