8 Fakta Baru Danantara, Investasi 9 Sektor Prioritas dan Bentuk Investment Fund


Presiden Prabowo Subianto bakal menguraikan sejumlah langkah strategis yang akan dilaksanakan oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara. Hal itu disampaikan Prabowo bersama petinggi Danantara di Jakarta Convention Center, Senin (28/4) siang.
Dalam paparannya, Prabowo akan didampingi oleh Chief Executive Officer Danantara, Rosan Roeslani, Chief Operating Officer Danantara Dony Oskaria, Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir. Selain itu Menteri Badan Usaha Milik Negara sekaligus Ketua Dewan Pengawas Danantara, Erick Thohir juga akan hadir bersama wakilnya Muliaman Hadad.
“Akan menyampaikan (upaya) memperkuat kolaborasi dengan pemangku kepentingan,” tulis manajemen Danantara dalam undangan kepada media.
Penyampaian arah investasi oleh Prabowo ini sekaligus menandai dimulainya operasional Danantara. Sebelumnya pada 24 Februari 2025, Prabowo telah meresmikan pendirian Danantara sekaligus mengumumkan pejabat inti. Secara bertahap struktur Danantara juga telah diumumkan kepada publik.
Sebelumnya Menteri Badan Usaha Milik Negara yang juga Ketua Dewan Pengawas Danantara mengatakan badan investasi akan bekerja efektif di akhir April. Hal itu seiring dengan sudah mulai mengalirnya dana untuk Danantara salah satunya berasal dari dividen sejumlah BUMN.
Lalu seperti apa fakta terbaru Danantara dan bagaimana skema investasi yang disiapkan?
Struktur Danantara
Pengelolaan Badan Usaha Milik Negara yang sebelumnya berada dalam kewenangan Kementerian BUMN telah berpindah tangan di bawah Danantara. Pengaturan mengenai struktur dan kewenangan Danantara sudah diketuk dalam Revisi Undang-Undang BUMN oleh Dewan Perwakilan Rakyat pada Selasa (4/2). “Dalam melaksanakan tugas, Dewan Pengawas dibantu oleh sekretaris dan komite yang terdiri dari minimal komite etik, komite audit, dan komite,” tulis RUU BUMN.
Selayaknya BUMN, struktur Danantara terdiri dari Dewan Pengawas yang dipimpin oleh Erick Thohir. Lalua da Muliaman Hadad, serta sederet Menteri Koordinator dan Menteri Sekretaris Negara ikut mengurus di dalamnya. Berikutnya Badan Pelaksana yang menghimpun Chief Executive Officer Danantara, Rosan Roeslani, Chief Operating Officer Danantara Dony Oskaria, Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir.
Kemudian Dewan Penasihat ialah Ray Dalio, Helman Sitohang, Jeffrey Sach, F. Chapman Taylor, serta Thaksin Shinawatra. Lalu ada Dewan Pengarah yakni mantan presiden keenam dan ketujuh Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo. Serta sederet komite lainnya.
9 Sektor Prioritas
Dalam pertemuan seminar nasional yang diadakan Asian Development Bank Institute di Hotel Bidakara pada Kamis (24/4) Chief Investment Officer (CIO) Danantara Pandu Patria Sjahrir menyebutkan bahwa ada 9 sektor prioritas yang menjadi fokus investasi Danantara. “Ini adalah beberapa sektor yang akan kita aktifkan 12 bulan ke depan. Kami akan segera memulai proses berhubungan dengan keuangan dan investasi,” kata Pandu.
Adapun kesembilan sektor itu ditinjau berdasarkan dampak ekonomi yang ditimbulkan dan selaras dengan visi misi panduan dalam pendirian Danantara. Sektor-sektor tersebut meliputi industrial downstream atau industri hilir seperti mineral, nikel serta timah dan bauksit. Kedua ada sektor upstream atau hulu yang memproduksi minyak dan gas.
Selanjutnya adalah sektor manufaktur yang memprioritaskan peluang Cina_1 dalam ekosistem EV dan energi terbarukan. Keempat adalah sektor ketahanan pangan yang memayungi budidaya perairan.
Lalu sektor infrastruktur digital yang merangkum pusat data dan konektivitas. Sektor keenam ialah infra air serta limbah. “Danantara akan memprioritaskan investasi pada bendungan air, pengelolaan air, dan tempat pembuangan sampah baru,” kata Pandu.
Berikutnya adalah sektor keamanan energi yang mencakup energi pembangkit listrik, transmisi, serta bioenergi. Yang kedelapan sektor real estat strategis dengan investasi kompleks olahraga dan mice. Terakhir adalah sektor pusat data komputasi AI.
Negara yang Ingin Berinvestasi
Setelah resmi diluncurkan, Danantara mulai mendapat sorotan dan sejumlah lembaga donor dunia. Yang terbaru, Danantara sudah menjalin kerja sama investasi dengan pemerintah Qatar dengan investasi masing-masing negara senilai US$ 2 miliar atau setara Rp 34 triliun.
Melanjutkan rencana kesepakatan antara Danantara dan Qatar Investment Authority Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus CEO Danantara, Rosan Roeslani menyebut ada dua negara lain yang ingin menanamkan modal ke Danantara. Minat investasi itu sudah disampaikan secara langsung dan akan direalisasikan dengan membentuk sebuah lembaga investasi.
“Untuk sama-sama membentuk fund, perusahaan investasi bersama dengan Danantara di bidang-bidang lainnya seperti infrastruktur dan lain-lain,” kata Rosan dalam jumpa pers di Istana Kepresidenan Rabu (23/4).
Sementara itu, Rosan menjelaskan dana yang akan dialokasikan dalam kesepakatan Indonesia-Qatar senilai US$ 2 miliar akan difokuskan pada sektor strategis seperti hilirisasi, kesehatan, energi terbarukan dan teknologi. Ia pun menjelaskan bahwa Danantara akan mengelola dana ini dengan tata kelola yang transparan dan akuntabel.
Namun hingga saat ini, kelanjutan kerja sama ini masih dalam tahap pembahasan. Rencana membentuk investment fund ini juga pernah diungkap oleh Pandu.
"Pak Prabowo kan udah bicara juga dengan Qatar untuk memasukkan dana, melakukan investment fund bareng sama Qatar (dananya) US$ 4 miliar," ujar Pandu saat ditemui wartawan di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (14/4).
Menurut Pandu, investasi tersebut akan diarahkan untuk mendukung proyek bersama Danantara. Ia menyebut dana investasi akan difokuskan pada sektor-sektor yang selaras dengan prioritas Kabinet Indonesia Maju seperti ketahanan pangan, energi, hilirisasi sumber daya alam, serta pengembangan infrastruktur digital.
“Ya hal-hal seperti itu, health care juga menurut saya bagus, hospitality di Indonesia juga bagus,” kata Pandu lagi.
Lebih jauh Pandu mengatakan tujuan utama dari investasi tersebut adalah menciptakan nilai tambah berkelanjutan. Investasi itu selanjutnya tidak sekadar membangun pabrik untuk kemudian dijual tanpa dampak jangka panjang bagi perekonomian dalam negeri.
Raup Dividen Rp 49 T dari BMRI dan BBRI
Danantara telah mengantongi dividen dengan total Rp 49 triliun dari dua bank milik BUMN yaitu Pt Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank MAndiri Tbk (BMRI). Dividen tersebut berasal dari laba perusahaan untuk tahun buku 2024 yang diumumkan ketiak Rapat Umum Pemegang Saham BBRI akhir Maret lalu.
“BBRI mepertimbangkan berbagai aspek dalam menentukan besaran dividen, termasuk kebutuhan ekspansi bisnis, kecukupan likuiditas, dan manajemen risiko bank,” kata Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Benaatau Rabu (23/4).
Selanjutnya, pemerintah melalui Danantara mendapatkan Rp 27,6 triliun dari BBRI. Juga dividen senilai Rp 22,6 triliun dari BMRI. Untuk tahun buku 2024, BMRI membagikan dividen senilai Rp 43,51 triliun dari 78% dari laba.
Jadi Penyedia Likuiditas
Sementara itu, Danantara juga disebut tengah menjajaki peluang menjadi penyedia likuiditas atau liquidity provider di pasar modal. Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan, jika rencana ini terealisasi, posisi Danantara bisa setara dengan institusi besar seperti BPJS Ketenagakerjaan dan PT Taspen (Persero).
Mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 18 Tahun 2024, liquidity provider adalah perantara pedagang efek atau pihak lain yang telah disetujui OJK untuk memperdagangkan efek dan wajib mengutip harga efek tertentu demi mendukung likuiditas perdagangan.
Namun, Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, mengungkapkan bahwa konsep liquidity provider yang dimaksud Danantara sedikit berbeda dengan definisi formal dalam POJK. "Danantara tidak harus menjadi liquidity provider yang berizin formal. Selama aktif mendukung likuiditas di pasar, itu sudah sangat baik bagi kami," kata Jeffrey kepada wartawan, Selasa (22/4).
Ia menambahkan, BEI masih menunggu persetujuan dari OJK terkait peran Danantara ini. Kehadiran Danantara dinilai akan membawa sentimen positif bagi investor institusi domestik.
Sementara itu, Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir, membenarkan bahwa pihaknya sedang mendiskusikan peluang untuk menjadi penyedia likuiditas di pasar modal. Ia mengatakan, dividen yang diterima Danantara ke depan mungkin akan ditempatkan di pasar modal sebagai bentuk dukungan terhadap penguatan likuiditas.
"Nanti kami lihat dari hasil dividen, akan diparkir di mana. Salah satunya bisa di pasar modal," ujar Pandu di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Selasa (15/4).
Garap Investasi Rp 241 Triliun di MIND ID
Sebagai bagian dari memperluas portofolio investasi Danantara selanjutnya akan menggarap sejumlah proyeks strategis yang kini dikelola BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia, MIND ID. Total nilai investasi yang disiapkan mencapai US$ 14,3 miliar atau sekitar Rp 241 triliun.
Investasi ini meliputi proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase II di Mempawah, ekspansi smelter aluminium di lokasi yang sama, pembangunan smelter tembaga di Gresik, serta pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV Battery Ecosystem) di Halmahera. Total nilai investasi untuk proyek-proyek tersebut yang tercantum dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2025 mencapai Rp19,9 triliun.
Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID, Dilo Seno Widagdo, menyebutkan Danantara sebagai sovereign wealth fund Indonesia dalam mendukung proyek-proyek unggulan, khususnya di sektor manufaktur berbasis sumber daya alam.
"Kami meyakini, melalui Danantara, proyek-proyek strategis ini dapat menemukan mitra yang tepat sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas," ujar Dilo dalam keterangan resmi, Rabu (23/4).
Sejalan dengan itu, MIND ID memiliki rencana investasi jangka panjang yang efektif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Kolaborasi dengan Industri Dana Pensiun di Pasar Modal
Salah satu upaya Danantara menjadi katalisator adalah dengan mendorong industri Dana Pensiun untuk lebih aktif di pasar modal. Menurut Pandu, keterlibatan industri dana pensiun akan membantu memperkuat kinerja pasar modal sehingga lebih berdaya tahan.
Saat ini, rasio kedalaman pasar Indonesia (nilai rata-rata transaksi dibandingkan kapitalisasi pasar) hanya sekitar 0,2%, terendah dibandingkan Thailand, Malaysia, Singapura, hingga Jepang. Angka ini sempat naik tipis pada 2021–2022, namun belum cukup signifikan untuk meningkatkan ketahanan pasar.
Pandu menyampaikan bahwa volume perdagangan harian di pasar modal Indonesia saat ini masih tertinggal jauh dibanding negara-negara lain. Jika Indonesia hanya mencatat 10-12 juta transaksi per hari, India telah mencapai 250 juta transaksi per hari. Namun ia optimistis kondisi ini akan berubah seiring dengan makin aktifnya investor domestik di pasar modal.
"Dalam 10-12 minggu terakhir, kita melihat perkembangan positif di ekosistem pasar modal Indonesia. Investor domestik juga makin aktif," ujar Pandu.
Pandu menjelaskan Danantara telah menyiapkan 3 skema kolaborasi dengan industri dana pensiun. Skema pertama adalah upaya menghadirkan produk investasi terkait pensiun yang mampu menggabungkan tujuan jangka panjang dana pensiun dengan aset pembangunan nasional berkualitas tinggi. Harapannya, dana pensiun bisa lebih produktif sekaligus mendukung pembangunan negara.
Pada skema kedua, Pandu mengatakan Danantara akan menyiapkan opsi dana bersama untuk investasi strategis seperti infrastruktur berkelanjutan dan pendanaan hijau. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi risiko pembiayaan iklim serta membantu pencapaian target-target ESG.
Terakhir adalah pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (machine learning) untuk memperkirakan risiko makro, tren demografi, dan dampak inflasi terhadap kinerja dana pensiun. Ini diharapkan dapat meningkatkan ketahanan dan kinerja portofolio jangka panjang.
Fase Investasi Danantara
Sebelumnya CIO Danantara Pandu Patria Sjahrir memaparkan bahwa Danantara akan menjalani empat fase transformasi. Pandu pun menjelaskan fase yang disiapkan memerlukan dukungan khusus dari pemangku kepentingan, terutama untuk konsolidasi dan privatisasi bisnis.
“Tujuan kami bukan hanya return on investment, tapi juga penciptaan lapangan kerja, manajemen risiko, dan kolaborasi erat dengan sektor swasta serta investor global,” ujar Pandu dalam seminar nasional pekan lalu yang dikutip Senin (28/4).
Adapun fase pertama disebut sebagai bisnis dan tinjauan fundamental. Tahapannya adalah Danantara akan melakukan perubahan dan penyesuaian struktur dalam sektor keuangan dan bisnis.
Fase selanjutnya adalah konsolidasi bisnis yang disebut sebagai “streamlining” atau mengefisiensi sistem dan struktur organisasi tanpa perlu mengurangi kualitas dan hasil akhirnya. Dalam fase ini akan dilakukan menggabungkan dan meningkatkan skala bisnis.
Fase keempat disebut sebagai perjalanan transformasi yang dinamakan “implementasi”. Cakupannya akan mendesain ulang model bisnis dengan mempertimbangkan Key Performance Indicator atau indikator kinerja utama dengan melakukan penyelarasan tata kelola, serta peta jalan inovasi.
Fase terakhir adalah penciptaan nilai yang meliputi evaluasi kelayakan, analisa pasar, serta penetapan kriteria BUMN non privat. Fase transformasi tersebut kemudian dijalankan sesuai dengan tiga tahap pendekatan yang harapannya akan menunjang portofolio BUMN.
Adapun tahap pertama adalah pemetaan dan analisis top-down di seluruh area bisnis. Alur ini akan mengecualikan perusahaan yang tidak relevan untuk mengoptimalisasi portofolio. Contohnya Joint Venture atau kerjasama strategis antara dua atau lebih perusahaan dan Special Purpose Vehicle atau perusahaan yang dibentuk khusus untuk tujuan tertentu, entitas berbasis asing, dan kepemilikan strategis.
Selanjutnya dengan mengidentifikasi entitas yang tumpang tindih berdasarkan area bisnis. Lalu memilih area bisnis yang cukup finansial untuk aksi korporasi. Juga memilih area bisnis yang memenuhi kriteria untuk penangkapan nilai. Terakhir adalah memprioritaskan area bisnis berdasarkan potensi penciptaan nilai terhadap risiko dari pengecualian.
“Kami fokus kepada Indonesia. Bahasa saya right to win, karena ini adalah business model kita,” tutur Pandu.
Tahapan kedua adalah menganalisis bottom-up untuk area bisnis terpilih. Caranya dengan mengevaluasi potensi perampingan untuk setiap BUMN di area bisnis terpilih, mengidentifikasi nilai potensial yang dipertaruhkan, serta mengembangkan peta jalan eksekusi tingkat tinggi.
Tahap terakhir adalah eksekusi aksi korporasi BUMN terpilih. Langkahnya dengan melakukan uji tuntas di seluruh perusahaan target. Misalnya risiko keuangan, hukum, dan operasional. Kemudian merumuskan struktur transaksi yang optimal, lalu menyelesaikan perjanjian dan persetujuan peraturan. Terakhir adalah integrasi pasca penggabungan jika berlaku.
“Kita memang sekarang sedang proses pembuatan proses dari dalam di sisi investasi, memang banyak menggunakan global resources. Soal risk itu menjadi suatu yang sangat penting yang akan selalu kita manage,” kata Pandu.
Rencana Jangka Panjang Danantara
Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya menjelaskan Danantara akan beroperasi efektif pada akhir April 2025. Menurut Erick, lembaga negara baru ini akan mengandalkan dividen dari bank milik negara senilai Rp 49,7 triliun sebagai modal awal.
Menurut Erick sebelum bergerak jauh soal investasi, Danantara terlebih dahulu akan merampungkan proses konsolidasi di internal. Proses ini menjadi bagian penting dalam penyusunan strategi investasi dan operasional Danantara.
Meski baru beroperasi dan dalam tahap awal rekrutmen, Erick yakin Danantara akan menjalankan fungsinya dengan baik. "Danantara ini baru lahir, di Danantara ada investasi dan operasional. Tentu kita memprioritaskan konsolidasi dari Danantara supaya mereka bisa jalan," ujar Erick.
Lebih jauh ia menjelaskan, dalam proses konsolidasi ini, Danantara akan memperhatikan pemilihan orang-orang yang tepat. Sementara itu, Pandu Sjahrir mengungkapkan mengenai mulai adanya kepercayaan dari dunia internasional pada Danantara yang ditandai dengan adanya komitmen investasi.
Salah satu komitmen investasi saat ini sudah disepakati bersama pemerintah Qatar. Kerja sama akan difokuskan untuk sektor-sektor prioritas, di antaranya ketahanan pangan, ketahanan energi, hilirisasi, infrastruktur digital, kesehatan, hingga pariwisata.
Indonesia bersama Qatar telah menyepakati komitmen investasi bersama sebesar US$ 4 miliar atau setara Rp 34 triliun. Dalam kerja sama ini komitmen investasi dari masing-masing negara senilai US$ 2 miliar.