Danantara Bakal Pindah ke Kantor Baru, Cari Wisma Ikuti Arahan Prabowo


Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara Indonesia berencana pindah ke kantor baru. Saat ini kantor Danantara masih berlokasi di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat.
Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, mengatakan saat ini Danantara masih mencari wisma Danantara yang sesuai dengan permintaan Presiden RI Prabowo Subianto. Namun, ia belum bisa membocorkan di mana lokasi kantor baru tersebut.
“Nanti udah enggak kejutan lagi kalau dikasih tau, tunggu dua minggu depan akan diresmikan kantor Danantara,” kata Dony kepada wartawan di Jakarta, Senin (29/4).
Sebelumnya Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sedang mempersiapkan kantor untuk Badan Pengelola (BP) Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara). Erick telah bertemu dengan perwakilan dari Danantara untuk membahas penggunaan salah satu aset dari Bank Mandiri sebagai kantornya.
"Karena nanti salah satu gedung yang dipergunakan oleh Danantara itu kan asetnya Bank Mandiri, buat kantornya," ujar Erick di Jakarta, Jumat (1/11).
Kementerian BUMN juga terus berkoordinasi dengan kementerian lain untuk membahas persoalan-persoalan yang saling berkaitan. Menurut Erick, kementerian tidak bisa bekerja sendiri-sendiri dan sudah semestinya untuk saling berkonsolidasi.
Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) Danantara, Rosan Roeslani, mengatakan saat ini tercatat 844 perusahaan induk sekaligus anak usaha BUMN yang telah resmi menjadi bagian dari Danantara Indonesia.
Menurut Rosan, konsolidasi seluruh BUMN ke dalam Danantara ini sesuai dengan arahan yang selalu disampaikan oleh Presiden RI Prabowo Subianto. Konsolidasi juga merupakan amanat langsung dari penjabaran dari pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.
“Kehadiran Danantara benar-benar hadir pada waktu yang sangat tepat,” kata Rosan dalam Town Hall Danantara Indonesia, di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Senin (28/4).
Selain itu, Rosan menyampaikan kehadiran Danantara bisa menjadi jawaban di tengah gejolak dunia. Ia menyorot dinamika politik global yang terjadi beberapa waktu terakhir yang diikuti dengan meningkatnya ketegangan geopolitik hingga geoekonomi.
Menurut Rosat dinamika global telah menyadarkan banyak negara bahwa ketergantungan pada kekuatan ekonomi eksternal tidak lagi cukup. Rosan menyebut setiap bangsa, termasuk Indonesia, harus bertumpu pada kekuatan ekonominya sendiri.