Raup Laba Bersih Rp 2,3 T, Citi Ungkap Prospek Ekonomi hingga Akhir 2025

Nur Hana Putri Nabila
18 November 2025, 18:17
ATM Citibank di Jakarta.
Arief Kamaludin | Katadata
ATM Citibank di Jakarta.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) membukukan laba bersih sebesar Rp 2,3 triliun pada kuartal ketiga 2025. Torehan ini ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 10% year-on-year (yoy) serta rasio dana murah (low cost fund) yang stabil di level 78%.

Di samping itu Citi Indonesia juga mencatatkan Return on Equity (ROE) sebesar 15,4% dan Return on Assets (ROA) sebesar 4,1%. Kemudian Rasio Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) tercatat di level 277% dan 154%.

Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) juga meningkat menjadi 35,8%, dari 33,1% pada periode yang sama tahun sebelumnya.

“Kinerja Citi Indonesia pada triwulan III tahun 2025 ini terus mencerminkan resiliensi bisnis dan komitmen pertumbuhan kami berbasis kepercayaan yang diberikan klien kepada Citi,” kata CEO Citi Indonesia, Batara Sianturi, dalam konferensi pers paparan kinerja Citi Indonesia di Jakarta, Selasa (18/11). 

Tak hanya itu, Batara juga menegaskan Kinerja ini menegaskan komitmen Citi dalam Pada bisnis Treasury and Trade Solutions (TTS), sepanjang triwulan III tahun 2025, Citi Indonesia mencatat pertumbuhan positif 3% dibanding tahun sebelumnya pada periode yang sama. 

Selain itu, Citi Indonesia juga melakukan ekspansi untuk layanan jaringan collection melalui layanan omni collection untuk aliran dana ritel dan e-commerce. TTS terus meningkatkan solusi digital untuk mendukung efisiensi bisnis klien dan mengikuti perkembangan industri. 

Pada triwulan III 2025, Citi Indonesia melalui Treasury and Trade Solutions (TTS) merampungkan migrasi klien di Indonesia ke platform CitiDirect V3. Platform terbaru ini menawarkan fitur keamanan yang lebih kuat serta kapabilitas manajemen kas yang lebih canggih. Selain itu, TTS juga meluncurkan integrasi digital baru, termasuk solusi Host-to-Host dan API bagi sejumlah klien utama di sektor teknologi dan layanan keuangan.

TTS turut memperkuat dukungan terhadap ekosistem bisnis lokal melalui program Pembiayaan Rantai Pasokan, yang membantu klien menyalurkan modal kerja kepada pemasok di seluruh Indonesia. Sepanjang 2025, jumlah pemasok yang terdaftar dalam program ini tumbuh 16% dibandingkan tahun sebelumnya.

“Bisnis Investor Services di Citi Indonesia terus mendukung perkembangan pasar modal Indonesia, termasuk melalui kolaborasi dengan regulator pada berbagai inisiatif,” kata Batara. 

Prospek Ekonomi RI 2026

Seiring dengan kinerjanya hingga kuartal ketiga 2025, Citi Indonesia juga membeberkan prospek ekonomi hingga akhir tahun ini dan menyambut 2026.

Chief Economist Citibank Indonesia, Helmi Arman, menilai pertumbuhan ekonomi nasional pada 2026 akan meningkat. Tahun ini, pertumbuhan RI diproyeksikan berada di kisaran 5,1%, dan pada 2026 diperkirakan naik menjadi sekitar 5,3%.

“Dasar dari perkiraan kami adalah bahwa kebijakan yang bersifat kontrasifikal atau melawan siklus ini sudah mulai kelihatan,” ucapnya dalam kesempatan yang sama.

Kemudian dari sisi moneter, Federal Reserve telah menurunkan suku bunga, diikuti oleh langkah Bank Indonesia (BI) yang juga memangkas suku bunga. Ekspansi likuiditas juga signifikan seiring perpindahan anggaran dari BI ke perbankan. 

Ia juga menyebut pelonggaran moneter ini diperkirakan menstabilkan pertumbuhan kredit yang saat ini masih melambat. Menurutnya, kredit diproyeksikan kembali stabil pada akhir tahun dan mulai meningkat menjelang semester kedua 2026.

Selain itu, potensi stimulus fiskal juga muncul melalui kebijakan baru Kementerian Keuangan yang semakin agresif dalam merealokasi anggaran yang belum terserap. Ia menyebut langkah ini dinilai dapat mendorong tambahan bagi perekonomian pada tahun depan.

Dari sisi prospek suku bunga, Citi Indonesia memperkirakan BI Rate masih berpotensi turun dua kali lagi dari level saat ini. Proyeksi ini didasarkan pada inflasi inti yang diperkirakan tetap stabil dan bergerak dekat dengan target Bank Indonesia di kisaran 2,5%. Citi menilai BI Rate dapat mencapai sekitar 4,25% pada kuartal pertama 2026.

Terkait nilai tukar rupiah terhadap dolar, Helmi menilai rupiah sebenarnya sudah berada di area undervalued jika dilihat dari nilai tukar efektif terhadap negara-negara mitra dagang. Apalagi selisih imbal hasil obligasi Indonesia dengan US Treasury yang semakin sempit yang juga membuat investor global cenderung mengalihkan portofolio dari Asia menuju pasar Amerika Latin, sehingga turut menekan rupiah.

“Di mana negara-negara Amerika latin tingkat suku bunganya masih relatif tinggi dan peluang penurunan suku bunga kedepannya bisa lebih besar daripada di Asia,” ucapnya. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...