PT DFI Retail Nusantara Tbk (HERO) berencana kembali melepas sejumlah aset bekas supermarket Giant pada tahun depan. Emiten ritel tersebut mengakui langkah divestasi itu belum bisa dilakukan tahun ini lantaran kondisi ekonomi yang masih menantang.
Presiden Direktur HERO, Hadrianus Wahyu Trikusumo, mengatakan saat ini perusahaan masih memelihara delapan aset bekas Giant yang belum terjual. Sejauh ini, HERO baru melepas dua aset dengan nilai masing-masing sekitar Rp 30 miliar dan Rp 90 miliar.
“Kami menjual aset bekas Giant sesuai harga pasar. Namun penjualan properti bernilai besar saat ini cukup sulit, sehingga tahun ini belum ada transaksi yang bisa kami bukukan,” kata Wahyu dalam paparan publik di kantor HERO, Selasa (9/12).
Wahyu menyampaikan seluruh aset bekas Giant umumnya dibeli oleh pelaku usaha bidang properti dan ritel. Menurut Wahyu, penjualan aset Giant menjadi langkah penting untuk menambah pemasukan sekaligus memangkas biaya perawatan. Apalagi seluruh aset tersebut tidak lagi memberikan kontribusi pendapatan bagi perusahaan.
Giant resmi ditutup pada Desember 2021. Saat itu, jaringan tersebut memiliki sekitar 75 gerai. Penutupan besar-besaran itu langsung berdampak pada kinerja HERO, menyebabkan pendapatan perusahaan merosot 22,2% dari Rp 4,47 triliun pada 2020 menjadi Rp 3,48 triliun pada 2021.
Total aset tidak lancar HERO yang pada 2021 bernilai Rp 3,7 triliun kini menyusut menjadi Rp 3,01 triliun per September 2025. Nilai aset tetap juga turun signifikan sebesar 45,08% dari realisasi 2021 senilai Rp 3,38 triliun menjadi Rp 1,85 triliun.
Laba Turun Tajam
Absennya penjualan aset Giant tahun ini membuat laba HERO pada Januari–September 2025 anjlok 61,7% menjadi hanya Rp 70,34 miliar dari Rp 183,64 miliar pada tahun sebelumnya.
Direktur HERO, Paulus Raharja, menegaskan bahwa penurunan laba bukan mencerminkan performa bisnis inti perusahaan. “Jika mengacu pada usaha inti, pertumbuhan kami mencapai 46% secara tahunan,” ujarnya.
Paulus mengatakan motor pertumbuhan utama berasal dari Guardian. Penjualan same-store Guardian naik 9% secara tahunan, menandai pemulihan kuat di segmen kesehatan dan kecantikan.
Sementara itu, kerugian IKEA juga menyusut lebih dari 50%. Perbaikan ini ditopang penyesuaian harga sejumlah produk serta ekspansi kanal penjualan melalui e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan TikTok Shop.
“Penjualan Guardian naik hampir 9% year-on-year, sedangkan total pendapatan HERO tumbuh 4% dalam sembilan bulan pertama. Kami berharap pertumbuhan penjualan sepanjang 2025 bisa lebih baik dari itu,” kata Paulus.