Kadin Waswas Harga Bahan Baku Impor Menanjak akibat Virus Corona
Wabah virus corona mulai berdampak pada rantai pasokan perdagangan global. Kamar Dagang Indonesia atau Kadin menyebut harga bahan baku impor berpotensi menanjak jika penyebaran wabah tersebut terus berlanjut.
Wakil Ketua Kadin Bidang Hubungan International Shinta Widjaja menjelaskan industri dalam negeri sudah mulai kekurangan pasokan bahan baku sejak pekan lalu karena pengiriman dari Tiongkok yang terganggu. Hal serupa juga dikeluhkan oleh sejumlah negara yang bergantung pada bahan baku impor manufaktur, terutama komponen elektronik dari Negara Tembok Raksasa tersebut.
"Dampak disrupsi ini bisa sangat signifikan, tergantung berapa lama disrupsi ini terjadi," ujar Shinta di Jakarta, Kamis (6/2).
Penyebaran virus corona membuat pemerintah Tiongkok mengambil langkah karantina pada 16 kota dan memperpanjang libur Imlek. Hal ini berpengaruh pada produksi dan ekspor yang seharusnya dilakukan perusahaan-perusahaan di negara tersebut.
(Baca: Larangan Impor Hewan Liar dari Tiongkok Diatur Detail dalam Permendag)
Jika kondisi ini terus berlanjut, Shinta memperkirakan harga komponen bahan baku impor akan meningkat. Kenaikannya berpotensi mencapai 1% hingga 2%, bahkan berpotensi lebih tinggi.
Kondisi ini akan berdampak pada peningkatan beban biaya produksi yang kemudian berpengaruh pada daya saing ekspor dan produktivitas manufaktur nasional.
Oleh karena itu, ia berharap dapat memfasilitasi pengusaha untuk melakukan subtitusi bahan baku impor dari negara lain. "Ini agar disrupsi terhadap kegiatan produksi nasional tidak meningkat," kata dia.
Shinta juga khawatir penyebaran virus corona yang berlarut-larut menganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keselurunan. "Kalau terlalu lama berlangsung, misalnya hingga akhir kuartal I 2020, pemerintah harus merevisi asumsi pertumbuhan ekonomi, ekspor, dan inflasi," jelas dia.
(Baca: Virus Corona Bisa Memicu Krisis Ekonomi Global)
Sementara terkait kebijakan penyetopan impor hewan hidup dari Tiongkok, menurut Shinta, tidak akan berdampak besar. Pasalnya, Indonesia tidak banyak mengimpor hewan hidup dari Tiongkok.
"Efeknya tidak akan terlalu signifikan karena kita tidak banyak mengimpor live animal dari Tiongkok," ujar dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, total nilai impor hewan hidup dari Tiongkok pada 2019 mencapai US$ 314,29 ribu atau setara 19,39 ribu kilogram. Impor tersebut terdiri dari mamalia senilai US$ 98,32 ribu atau 1,21 ribu kilogram, reptil hidup seperti ular dan kura-kura senilai US$ 215,96 ribu atau 18,18 ribu kilogram, dan hewan hidup lainnya US$ 7,1 ribu atau 560 kilogram.