BPS: Investor Pilih Safe Haven, Harga Emas Naik
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga emas perhiasan masih mengalami kenaikan hingga September 2019. Kenaikan harga emas perhiasan terjadi di 78 kota Indeks Harga Konsumen (IHK).
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, telah terjadi kenaikan emas sebesar 0,04% pada bulan September. "Kenaikan harga emas ini memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,05%," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (1/10).
Adapun kenaikan tertinggi harga emas perhiasan terjadi di Kota Cirebon sebesar 10%. Kemudian disusul oleh Surakarta dengan kenaikan sebesar 9%.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti menilai, kenaikan harga emas dipicu oleh tingginya harga emas di kancah internasional. "Kemungkinan tingginya harga emas internasional karena komoditas ini dianggap sebagai investasi yang aman," ujar Yunita saat dihubungi Katadata.co.id, Selasa (1/10).
(Baca: Harga Emas Dunia Stabil Setelah Anjlok Imbas Ketidakpastian Politik AS)
Dengan kenaikan ini, emas menjadi komoditas yang dominan memberi andil terhadap inflasi kelompok sandang. Inflasi terbesar memang terjadi pada kelompok sandang.
Tercatat, kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,72%, atau terjadi kenaikan indeks dari 127,08 pada Agustus 2019 menjadi 127,99 pada September 2019.
Seluruh subkelompok pada kelompok ini mengalami inflasi, yaitu subkelompok sandang laki-laki sebesar 0,28%, subkelompok sandang wanita sebesar 0,24%, subkelompok sandang anak-anak sebesar 0,22%, dan subkelompok barang pribadi dan sandang lain sebesar 1,76%.
Sumber Inflasi Tertinggi
Selain kelompok sandang, inflasi tertinggi kedua terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga. Kelompok ini pada September 2019 mengalami inflasi sebesar 0,47%, atau terjadi kenaikan indeks dari 129,03 pada Agustus 2019 menjadi 129,64.
(Baca: BPS: Demonstrasi Belum Berpengaruh ke Kenaikan Harga Barang)
Kelompok ini pada September 2019 memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,04%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi yaitu uang kuliah akademi atau perguruan tinggi sebesar 0,02%.
Kelompok kesehatan mengalami inflasi tertinggi ketiga bulan September ini yakni sebesar 0,32% atau terjadi kenaikan indeks dari 131,99 pada Agustus 2019 menjadi 132,41. Sehingga andil kelompok kesehatan terhadap inflasi sebesar 0,01%.
Seluruh subkelompok pada kelompok ini mengalami inflasi yakni subkelompok jasa kesehatan sebesar 0,28%, subkelompok obat-obatan sebesar 0,44%, subkelompok jasa perawatan jasmani sebesar 0,31%, dan subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 0,31%.
Selanjutnya, inflasi tertinggi keempat terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, yakni sebesar 0,28% atau terjadi kenaikan indeks dari 148,01 pada Agustus 2019 menjadi 148,43.
(Baca: Harga Pangan Turun, Ekonom Ramal September 2019 Deflasi)
Kelompok ini pada September 2019 memberikan andil inflasi sebesar 0,05%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi, yaitu mie, nasi dengan lauk, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01%.
Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 0,09% atau terjadi kenaikan indeks dari 132,82 pada Agustus 2019 menjadi 132,94 pada September 2019. Kelompok ini pada September 2019 memberikan andil inflasi sebesar 0,02%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi yaitu tarif sewa rumah sebesar 0,01%
Kemudian, kelompok trasnportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,01% atau terjadi kenaikan indeks dari 133,44 pada Agustus 2019 menjadi 133,45 pada September 2019. Kelompok ini pada September 2019 tidak memberikan sumbangan terhadap inflasi nasional. Namun, turunnya tarif angkutan udara memberikan andil deflasi sebesar 0,01%.
Kelompok Bahan Makanan Catatkan Deflasi
Sementara kelompok bahan makanan menjadi satu-satunya kelompok yang menyumbang deflasi. Kelompok ini pada September 2019 mengalami deflasi sebesar 1,97% atau terjadi penurunan indeks dari 155,45 pada Agustus 2019 menjadi 152,38 pada September 2019.
(Baca: Harga Cabai Turun, BPS Catat Deflasi 0,27% pada September 2019)
Kelompok ini pada September 2019 memberikan andil deflasi sebesar 0,44%. Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan deflasi, yaitu cabai merah sebesar 0,19%, bawang merah 0,07%, daging ayam ras 0,05%, tomat sayur dan cabai rawit masing-masing 0,03%, serta telur ayam ras 0,02%.
Kemudian ikan segar, ketimun, pir, tomat buah, dan bawang putih masing-masing sebesar 0,01%. Sedangkan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi yaitu beras, bayam, dan sawi hijau masing-masing sebesar 0,01%.