Triwulan II-2019, BI Perkirakan Surplus Neraca Pembayaran Akan Membaik

Agatha Olivia Victoria
20 Juni 2019, 20:39
neraca pembayaran indonesia 2019, bank indonesia, defisit dagang, perry warjiyo
Arief Kamaludin|KATADATA
Bank Indonesia memperkirakan neraca pembayaran triwulan II-2019 akan membaik dan mampu menopang ketahanan eksternal Indonesia.

Bank Indonesia memperkirakan neraca pembayaran triwulan II-2019 akan membaik dan mampu menopang ketahanan eksternal Indonesia. "Surplus transaksi modal dan finansial berpotensi lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat memaparkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di kantornya, Jakarta, Kamis (20/6).

Pada kuartal I-2019, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) surplus US$ 2,4 miliar. Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya, yaitu US$ 5,4 miliar, ataupun periode sama tahun lalu di US$ 3,8 miliar. Surplus itu disokong oleh tebalnya surplus modal dan finansial di tengah defisit transaksi berjalan yang masih tinggi.

Angka NPI menunjukkan transaksi antara penduduk Indonesia dan negara lain dalam jangka waktu tertentu. Kondisinya yang surplus menandakan pasokan valas mampu menutup permintaan valas di dalam negeri. NPI terdiri dari neraca transaksi berjalan (pedagangan barang dan jasa) serta neraca transaksi modal dan finansial.

Surplus NPI pada kuartal lalu mendukung cadangan devisa sebesar US$ 124,5 miliar pada akhir Maret 2019, tertinggi dalam 11 bulan. Jumlah cadangan devisa pun setara dengan pembiayaan 6,8 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah.

(Baca: Defisit Transaksi Berjalan Kuartal I Rekor Terburuk, NPI Bisa Surplus)

Walaupun defisit transaksi berjalan akan naik sesuai pola musiman kuartal kedua setiap tahun, surplus transaksi modal dan finansial akan didukung dengan berlanjutnya aliran modal asing dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan investasi portofolio. Pelaku pasar, menurut Perry, masih melihat prospek ekonomi domestik baik.

Sementara itu, defisit transaksi berjalan diperkirakan meningkat pada triwulan II-2019. Peningkatan ini dipengaruhi kinerja ekspor barang dan jasa yang melambat. Selain itu, kebutuhan repatriasi deviden dan pembayaran bunga utang luar negeri pada bulan Juni turut meningkatkan defisit.

Adapun defisit transaksi berjalan pada kuartal I-2019 tercatat sebesar US$ 7 miliar, atau 2,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Secara rasio, defisit ini merupakan yang terburuk untuk periode kuartal pertama sejak 2013. Pada kuartal I-2013, defisit tercatat sebesar US$ 6 miliar atau 2,61% PDB. BI memperkirakan defisit transaksi berjalan 2019 dalam kisaran 2,5%–3,0% PDB.

Perry menambahkan, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2019 tercatat sebesar US$ 120,3 miliar. "Angka ini setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah," ungkap dia. Posisinya berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

(Baca: BI Ubah Proyeksi Defisit Transaksi Berjalan Lebih Tinggi Hingga 3%)

Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...