CORE: Uang Beredar Saat Mudik Rp 217 T Bisa Jadi Momentum Investasi
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Tradisi mudik masyarakat menjelang Lebaran diiringi dengan peningkatan uang beredar di berbagai daerah. Momentum tersebut seharusnya bisa dimanfaatkan pemerintah daerah untuk mendorong investasi di daerahnya.
Pengamat ekonomi CORE Indonesia Hendri Saparini mengatakan, uang beredar selama Lebaran meningkat dari Rp 146 triliun pada 2016 menjadi Rp 217 triliun pada 2019. Peluang ini seharusnya dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk menyelenggarakan Lebaran Investment Fair untuk menyambut para perantau yang mudik.
"Dana besar yang mengalir ke kota tujuan mudik di berbagai daerah masih bersifat jangka pendek. Selama ini mudik lebih mendorong ekonomi lewat konsumsi," kata Hendri dalam diskusi Konektivitas Memacu Pertumbuhan Berkualitas, di Jakarta, Rabu (12/6).
Pengamat ekonomi CORE Indonesia Hendri Saparini mengatakan, uang beredar selama Lebaran meningkat dari Rp 146 triliun pada 2016 menjadi Rp 217 triliun pada 2019. Peluang ini seharusnya dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk menyelenggarakan Lebaran Investment Fair untuk menyambut para perantau yang mudik.
"Dana besar yang mengalir ke kota tujuan mudik di berbagai daerah masih bersifat jangka pendek. Selama ini mudik lebih mendorong ekonomi lewat konsumsi," kata Hendri dalam diskusi Konektivitas Memacu Pertumbuhan Berkualitas, di Jakarta, Rabu (12/6).
Uang beredar yang sangat besar tersebut seharusnya bisa memberikan dampak terhadap pembangunan jangka panjang melalui investasi. Gerakan ini bukan hanya menjadi gerakan ekonomi dan pemerataan yang masif. Hal ini juga dinilai mampu membangun model sosial yang kokoh.
Hendri mengatakan, mudik Lebaran juga membutuhkan manajemen yang cermat sehingga biaya yang harus dikeluarkan untuk mudik lebih murah. Sejak kuartal I 2019, harga tiket transportasi publik sudah naik. Peningkatan tertinggi pada harga tiket pesawat udara yang memberi andil pada inflasi April 2019 sebesar 0,31%. Hal ini menyebabkan penumpang pesawat domestik turun 6,26% menjadi 5,65 juta orang pada April 2019 dari 6,03 juta orang pada Maret 2019.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyambut baik usulan soal pemanfaatan dana pemudik untuk investasi di daerah. Pemerintah akan mengundang para operator jalan tol untuk membuat proposal investasi. "Dengan mudik, ada uang senilai Rp 200 triliun yang mengalir, secara tidak langsung terjadi hal-hal baik di desa. Saya ajak operator tol untuk membuat proposal investasi," tutur Budi.
Konektivitas Mempermudah Arus Mudik
Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang Ekonomi dan Investasi, Wihana Kirana Jaya mengatakan, konektivitas yang terbangun dengan baik dapat mempermudah masyarakat untuk mudik. "Mudik dapat menjadi katalis pembangunan, dana yang dibelanjakan pemudik di daerah perdesaan bisa mencapai Rp 33,4 triliun," katanya.
Daerah yang dilewati para pemudik pun mendapatkan berkah dari para pemudik. Warung makan, gerai cinderamata, dan berbagai jasa yang disediakan untuk para pemudik mencatat peningkatan omzet selama arus mudik maupun arus balik.
Wihana mengatakan, mudik 2019 menjadi test case bagi terkoneksinya Merak-Jakarta-Semarang-Surabaya-Probolinggo lewat tol Trans Jawa. "Jalan tol meningkatkan income pengelola tol, nilai tambah usaha sektor jasa transportasi, transaksi barang dan jasa di rest area, serta peningkatan arus barang dan jasa di daerah yang dilewati tol," kata Wihana.
Keberadaan tol Trans Jawa dapat memangkas waktu tempuh para pemudik sehingga menurunkan biaya transportasi dan biaya logistik. Peningkatan efisiensi ini akan memperbaiki daya saing nasional.
Reporter: Dwi Hadya Jayani
Editor: Hari Widowati