Sri Mulyani Sebut APBN 2020 Fokus Tingkatkan Daya Saing dan SDM

Agatha Olivia Victoria
20 Mei 2019, 14:00
KEM-PPKF, kebijakan fiskal, Sri Mulyani
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, (8/1).

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyampaikan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2020 kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (20/5). KEM-PPKF merupakan bahan yang akan digunakan dalam rangka penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2020.

Dalam pidatonya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan, bahwa KEM-PPKF 2020 berbeda dibanding tahun sebelumnya. Sebab, KEM-PPKF 2020 merupakan awal dari pelaksanaan kebijakan nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

"Selain itu, pemerintah menjadikan KEM PPKF sebagai titik tumpu untuk mencapai visi 100 tahun Indonesia merdeka," ujarnya dalam pidato pada rapat paripurna DPR, Jakarta, Senin (20/5).

Ia menerangkan, bahwa kebijakan fiskal tahun 2020 yang diusung pemerintah akan mengangkat tema 'APBN untuk Akselerasi Daya Saing melalui Inovasi dan Penguatan Kualitas Sumber Daya Manusia'.

(Baca: Penerimaan Negara Minim, Defisit Anggaran April Bengkak Rp 101 Triliun)

Tema ini dipilih karena selaras dengan tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2020 , yakni 'Peningkatan Sumber Daya Manusia untuk Pertumbuhan Berkualitas'.

Targetnya, pertumbuhan ekonomi 2020 ditetapkan berada di rentang 5,3% hingga 5,6%. Sementara, inflasi ditargetkan terjaga pada rentang 2% hingga 4% dan tingkat bunga untuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tenor 3 bulan ditargetkan 5%-5,6%.

Pemerintah juga akan berusaha menjaga kestabilan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tahun 2020 akan dijaga di kisaran Rp 14.000 - Rp 15.000 per dollar AS.

Dari sisi komoditas minyak dan gas alam, pemerintah memprediksi harga minyak mentah Indonesia berada di kisaran US$60-US$70 per barel, dengan lifting minyak bumi 695.000-840.000 barel per hari. Sedangkan, lifting gas bumi ditargetkan berada di rentang 1.19 juta hingga 1.3 juta barel setara minyak per hari.

(Baca: Rupiah Diprediksi Sentuh Rp 14.700 Akhir Semester I 2019)

Kebijakan Fiskal Ekspansif dan Terukur

Sri Mulyani menjelaskan, kebijakan fiskal yang ditempuh pemerintah diarahkan untuk menstimulasi perekonomian sehingga dapat tumbuh pada level yang cukup tinggi. Oleh karena itu, APBN didorong agar makin sehat, ditunjukkan dengan level pendapatan yang makin optimal, belanja yang berkualitas, serta pembiayaan yang efisien dan berkelanjutan.

"Selain itu, kebijakan fiskal juga diarahkan untuk perbaikan neraca pemerintah yang ditandai dengan peningkatan aset, terkendalinya liabilitas dan peningkatan ekuitas," ungkap Sri Mulyani.

Berdasarkan arah kebijakan fiskal tersebut, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa pemerintah akan menempuh tiga strategi makro fiskal. Pertama, mobilisasi pendapatan untuk pelebaran ruang fiskal.

Strategi kedua, menerapkan kebijakan "spending better" untuk efisiensi belanja dan meningkatkan belanja modal pembentuk aset. Ketiga, mengembangkan pembiayaan yang kreatif serta mitigasi risiko untuk mengendalikan liabilitas.

(Baca: Sri Mulyani: Dampak Pelemahan Global, Penerimaan Negara Cuma Naik 0,5%)

Pemerintah juga melakukan penguatan alokasi anggaran untuk program prioritas, yang akan difokuskan pada pembangunan sumber daya manusia, perlindungan sosial yang komprehensif, pembangunan infrasturuktur, peningkatan kualitas desentralisasi fiskal dan reformasi institusional yang mendukung akselerasi daya saing.

Dengan berbagai upaya tersebut, Sri Mulyani menyebut, belanja negara tahun 2020 diperkirakan terjaga di level 14,4% hingga 15,4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Ia menyebut, kebijakan makro fiskal tahun 2020 sebagai kebijakan fiskal ekspansif yang terarah dan terukur dengan defisit yang terjaga di level 1,75% - 1,52% terhadap PDB, diikuti keseimbangan primer yang positif serta rasio utang terhadap PDB yang terjaga di kisaran 30%.

"Meski demikian, kita harus tetap waspada terhadap dinamika eskalasi perang dagang maupun kompetisi sekuritas dan politik strategis tingkat global di 2020," ujar Sri Mulyani.

(Baca: Menteri Darmin Waspadai Perang Dagang yang Tak Akan Cepat Selesai)

Reporter: Agatha Olivia Victoria

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...