Ditopang Bansos, BI Hitung Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2019 di 5,2%
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan pertama 2019 di level 5,2%. Konsumsi rumah tangga berperan penting mencapai target pertumbuhan itu.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pemerintah telah memberi stimulus fiskal melalui bantuan sosial (bansos). “Bantuan itu dapat mendorong daya beli dan konsumsi rumah tangga.” kata kata Perry di kantornya, Jakarta, Jumat (22/3).
Selain itu, ia juga melihat konsumsi swasta, pemerintah, dan lembaga negara cukup tinggi pada triwulan ini karena mendekati pemilu pada April 2019.
(Baca: Ekonomi Global Melambat, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan)
Yang pertumbuhannya kurang baik ada di sektor investasi. Menurut dia, hal itu wajar karena kondisi ini kerap terjadi setiap triwulan pertama. “Triwulan berikutnya investasi akan tinggi lagi,” ujar Perry.
Namun, bukan berarti tidak ada dana asing masuk ke investasi Indonesia. Perry mencatat dana itu sudah mencapai Rp 73 triliun sejak 2019. Investasi asing ke Surat Berharga Negara sebesar Rp 62,5 triliun dan sisanya ke pasar saham.
“Ini menunjukkan kepercayaan kepada Indonesia bagus,” kata Perry. Ia memastikan nilai tukar rupiah akan stabil.
Harga-harga bahan pangan pun ia prediksi relatif stabil. Namun, ia akui ada sedikit kenaikan di harga bawang merah, bawang putih, dan cabe rawit. Tapi untuk telur, sayur, dan daging ayam ras terjadi deflasi.
(Baca: Sektor Pertanian Kembali Berkontribusi Turunkan Inflasi Februari )
Berdasarkan survei BI, inflasi Maret berada di level 0,10%. “Secara year-on-year 2,47%. Ini menandakan inflasi rendah dan semakin turun,” ujarnya.
Data penyaluran bansos
Kementerian keuangan mencatat penyaluran bansos Januari-Februari 2019 mencapai Rp 23,6 triliun, naik 70,1% dibandingkan periode yang sama 2018.
Kenaikan tersebut terjadi karena ada lonjakan alokasi anggaran. Pemerintah menganggarkan bansos 2019 sebesar 102,1 triliun. Angkanya naik 21,7% dibandingkan realisasi tahun lalu Rp 83,9 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, peningkatan dana bansos ditujukan untuk Program Keluarga Harapan (PHK). “Prgram ini nominalnya naik hampir dua kali lipat,” katanya. Alokasi PKH pada 2019 mencapai Rp 34,4 triliun. Tahun lalu nilainya hanya Rp 19,3 triliun.
(Baca: Bansos Mengalir Kencang Jelang Pilpres, Pengawasan Perlu Diperketat)
Kenaikan bansos juga akibat pemerintah melakukan percepatan pencairan dana untuk membayar iuran Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan. Saat ini BPJS Kesehatan mengalami defisit sekitar Rp 16 triliun.
Kementerian telah mencairkan dana sebesar Rp 8,4 triliun untuk BPJS Kesehatan pada Februari lalu. Dana itu untuk membayar PBI hingga April 2019.