Optimisme Gubernur BI di Tengah Tertahannya Penguatan Kurs Rupiah
Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serkat (AS) tertahan dalam dua pekan belakangan. Namun, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo melihat masih adanya peluang penguatan lebih lanjut. Penyokongnya, aliran masuk dana asing ke pasar keuangan domestik.
"Kemungkinan rupiah menguat masih terbuka. Faktornya didukung aliran modal asing yang masuk dan menambah supply (pasokan dolar)," kata Perry dalam Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Kamis (22/2). Menurut dia, rupiah akan bergerak stabil sesuai mekanisme pasar.
Nilai tukar rupiah kembali ke kisaran Rp 14.000 per dolar AS mulai pekan lalu, setelah sebelumnya sempat bergerak pada kisaran 13.900 per dolar AS. Pelemahan terjadi seiring naik-turunnya kekhawatiran investor global seputar perang dagang dan pertumbuhan ekonomi dunia.
(Baca: Tiga Bulan Bunga Acuan BI Tetap 6%, Adakah Peluang Diturunkan?)
Menurut Perry, ada sederet faktor yang membuat aliran masuk dana asing berlanjut, seperti daya tarik aset keuangan domestik. Ditambah lagi, bunga acuan AS, Fed Fund Rate, kemungkinan hanya naik sekali tahun ini, lebih sedikit dari perkiraan sebelumnya yaitu sebanyak tiga kali.
Faktor lainnya, defisit transaksi berjalan – ekspor-impor barang dan jasa, serta pendapatan -- yang diperkirakan sekitar 2,5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun ini. Ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencapai 2,98% PDB imbas lonjakan defisit di tiga kuartal terakhir.
(Baca: Penerbitan Obligasi Global Diprediksi akan Dipacu pada Mei-Juni 2019)
Seiring fundamental ekonomi yang membaik, Perry menyebut mekanisme pasar berjalan dengan lancar sehingga turut menyokong nilai tukar rupiah. Mekanisme pasar yang dimaksud termasuk di pasar swap dan Domestic Non-Delivery Forward (DNDF).
Saat berita ini ditulis, Jumat (22/2), nilai tukar rupiah tercatat berada di level 14.076 per dolar AS. Posisi ini lebih lemah 1,12% dibandingkan posisi penutupan terkuatnya sepanjang tahun ini yaitu Rp 13.920 per dolar AS pada Selasa (6/2) lalu. Namun, rupiah masih menguat 2,19% sepanjang tahun atau secara year to date (ytd).
Adapun bila mengacu pada data Kementerian Keuangan per 20 Februari 2019, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 926,69 triliun, turun Rp 5,14 triliun dari posisi tertingginya pada 19 Februari 2019 yang sebesar Rp 931,83 triliun. Namun, kepemilikan asing naik Rp 33,44 triliun (ytd).
(Baca: Kontroversi Utang Asing Capai Rp 5.336 Triliun, Masihkah Sehat?)
Sementara itu, bila mengacu pada data RTI, investor asing tercatat hanya membukukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 79,46 miliar sepekan ini. Namun, pembelian bersih mencapai Rp 11,04 triliun (ytd).