Rupiah Kembali Melemah, Ini Prediksi Ekonom hingga Akhir Tahun
Nilai tukar rupiah berbalik melemah pada perdagangan Jumat (14/12) ini, setelah menguat cukup besar sekitar Rp 100 rupiah pada perdagangan sehari sebelumnya. Para ekonom menduga belum akan ada penguatan tajam nilai tukar rupiah hingga akhir tahun.
Saat berita ini ditulis, nilai tukar rupiah berada di level 14.558 per dolar AS atau melemah 0,42% dibandingkan penutupan sehari sebelumnya Rp 14.496 per dolar AS. Adapun rupiah sempat berada dalam tren penguatan sejak akhir Oktober sampai awal Desember lalu hingga sempat menyentuh level 14.200 per dolar AS.
Ekonom Maybank Myrdal Gunarto mengatakan bank sentral AS, The Federal Reserve, kemungkinan akan menaikkan bunga acuannya pada 19 Desember mendatang. Hal ini akan membuat investor global melakukan penarikan keluar dananya atau capital outflow dari pasar keuangan negara berkembang ke AS dan menekan nilai tukar rupiah.
(Baca juga: Bank Dunia Soroti Kebutuhan RI akan Dana Asing di Pasar Modal 1% PDB)
Terlebih, ia menyebut masih ada kekhawatiran juga terkait perang dagang AS-Tiongkok. "Perkiraan rupiah di range Rp 14.400-14.700 per dolar Amerika sampai akhir tahun. Kenaikan bunga Amerika kelihatannya akan terjadi," kata Myrdal kepada Katadata.co.id, Jumat (14/12).
Sementara itu, Ekonom Insitute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memprediksi nilai tukar rupiah akan bergerak pada rentang yang lebih kuat yaitu Rp 14.450-14.600 per dolar AS hingga akhir tahun.
(Baca juga: Menko Darmin Harapkan Hot Money Bawa Rupiah Kembali ke 13.000)
Ia pun menyinggung soal penguatan nilai tukar rupiah sehari sebelumnya karena beberapa sentimen positif yaitu meredanya tensi perang dagang AS-Tiongkok setelah Kepolisian Kanada melepaskan CEO Huawei Meng Wanzhou. Selain itu, kemajuan positif perundingan Brexit.
Peristiwa teror yang terjadi di Perancis juga memicu kekhawatiran di pasar Eropa sehingga investor mencari pasar lain yang aman, yaitu negara berkembang (emerging market) seperti Indonesia.
(Baca juga: Tekanan Kurs Rupiah Mereda, Bank Dunia Ingatkan RI Agar Tidak Terbuai)
Ia menambahkan, kenaikan bunga acuan AS yang kemungkinan tidak seagresif perkiraan sebelumnya juga memberi dorongan positif ke pasar keuangan domestik dan nilai tukar rupiah." Pelaku pasar tidak anggap The Fed akan agresif menaikkan bunga tanggal 19 besok," kata dia.