Cadangan Devisa November Naik US$ 2 Miliar Berkat Uang Migas dan Utang
Bank Indonesia (BI) mengumumkan cadangan devisa sebesar US$ 117,2 miliar, atau naik US$ 2 miliar dari posisi akhir Oktober yang sebesar US$ 115,2 miliar. Dengan demikian, kenaikan cadangan devisa telah terjadi dalam dua bulan berturut-turut dengan total US$ 2,4 miliar.
“Peningkatan cadangan devisa pada November 2018 terutama berasal dari penerimaan devisa migas, penarikan utang luar negeri (ULN) pemerintah, dan penerimaan devisa lainnya yang lebih besar dari kebutuhan devisa untuk pembayaran ULN pemerintah,” demikian tertulis dalam siaran pers BI, Jumat (7/12).
(Baca juga: Rupiah Menguat dan Melemah dalam Waktu Cepat, Bagaimana BI Bersikap?)
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Artinya, cadangan devisa berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Adapun bila dilihat lebih jauh, kenaikan yang cukup besar dari cadangan devisa juga seiring dengan berkurangnya kebutuhan untuk intervensi kurs rupiah. Hal itu lantaran meredanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah sepanjang November lalu.
(Baca juga: Aliran Deras Dana Asing Buat Rupiah Menguat Hampir Rp 1.000 Sebulan)
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tercatat menguat nyaris Rp 1.000 dalam sebulan. Dalam beberapa kesempatan, BI menyatakan penguatan murni karena mekanisme pasar, bukan karena intervensi BI dengan cadangan devisa.
“Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” demikian tertulis.
(Baca juga: BI Pegang Fasilitas Pertukaran Mata Uang US$ 30 Miliar dari Tiongkok)
Ke depan, BI memandang cadangan devisa bakal tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang tetap baik, serta kinerja ekspor yang tetap positif.