Kurs Rupiah Tertekan, RI Renegosiasi Proyek Jet Tempur dengan Korsel
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk merenegosiasi proyek kerja sama pembuatan pesawat jet tempur Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX) dengan pemerintah Korea Selatan (Korsel). Keputusan tersebut bertujuan untuk menghemat penggunaan cadangan devisa di tengah tekanan kurs rupiah.
“Ini bagian dari upaya pemerintah menghemat devisa. Semua setoran pemerintah di program kerja sama pesawat tempur ini ke Korea semua dibayar devisa. Sementara mata uang negara berkembang termasuk rupiah masih mengalami tekanan yang luar biasa,” kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong usai menghadiri rapat pembahasan proyek pesawat tempur KFX/IFX di kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta, Jumat (19/10).
(Baca juga: Tekanan Kurs Rupiah Berlanjut, Bagaimana Kecukupan Cadangan Devisa?)
Ia menjelaskan, kebutuhan dana untuk proyek tersebut tidak sedikit, maka itu perlu ada renegosiasi. "Apalagi kalau (membuat) puluhan unit (pesawat) bisa ratusan triliun, karena itu tidak mungkin (kerja sama ini) tak disentuh ketika APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan rupiah tertekan," ujarnya.
Menurut dia, Presiden Korsel Moon Jae In sudah menyetujui permintaan renegosiasi dan restrukturisasi yang diajukan Indonesia. Persetujuan itu disampaikannya saat kunjungan Jokowi ke Korsel beberapa waktu lalu. Salah satu rencana dalam renegosiasi yakni menunda termin pembayaran cicilan. Renegosiasi ditargetkan tuntas dalam 12 bulan.
(Baca juga: Subsidi BBM-Elpiji Lewati Target Terdongkrak Harga Minyak dan Rupiah)
Adapun, renegosiasi akan diusahakan agar tidak justru memunculkan efek samping berupa sentimen negatif dari para investor Korsel terhadap Indonesia. Apalagi, investor asal Negeri Ginseng termasuk dalam jajaran investor terbesar di dalam negeri. Saat ini, pihaknya juga tengah mengharapkan investasi puluhan triliun dari perusahaan Korsel seperti Lotte Chemical Petrokimia dan CJ.
Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto selaku kepala tim renegosiasi menjelaskan, pihaknya bakal membahas banyak hal di antaranya kemampuan pembiayaan Indonesia, persentase pembagian biaya untuk pengembangan, alih teknologi ke Indonesia, keuntungan hak intelektual, dan pemasaran.
“Tidak hanya pembiayaan, tapi dari pembiayaan itu akan berdampak yang lain. Ibaratnya kamu beli kue harga sekian dengan harga sekian kan beda. Tapi ini bukan kue, pesawat terbang,” ucapnya. Adapun kerja sama dengan Korsel bersifat jangka panjang yang dimulai dengan riset, pembuatan prototipe, lalu produksi, dan berlanjut terus.