Kurs Rupiah Lemah, Faisal Basri Kritik Sejumlah Pejabat Beternak Dolar
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bukan hanya imbas dinamika global dan defisit transaksi berjalan. Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah juga diperparah oleh masyarakat, termasuk pejabat yang beternak dolar AS.
Yang dimaksud Faisal dengan beternak dolar AS yakni mengumpulkan dolar AS guna meraup untung saat pelemahan nilai tukar rupiah. Ia pun menekankan pentingnya peran serta semua pihak, terlebih pejabat, untuk membantu menguatkan nilai tukar rupiah dengan menjual dolar AS yang dimilikinya.
“Buat apa sih pejabat itu beternak dolar. Artinya kan dia tidak percaya pada komitmen pemerintahnya sendiri. Pak Jokowi kekayaan dolarnya praktis enggak ada, nah Pak Jokowi (perlu) imbau para pejabat, menterinya,” kata dia dalam diskusi yang digelar PAS FM bertajuk Stabilitas Kurs Ganggu Pelemahan Rupiah? di Hotel Millenium, Jakarta, Rabu (11/7).
(Baca juga: BI Jaga Rupiah, Cadangan Devisa Diramal Turun ke Bawah US$ 120 Miliar)
Secara gamblang, ia pun menyebut beberapa pejabat dan mantan pejabat, serta tokoh politik yang menyimpan dolar AS. Data tersebut di antaranya mengacu pada Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang bisa diakses publik.
“Contohnya saya ingat Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), mudah-mudahan sekarang enggak, dulu waktu jadi presiden itu 64% kekayaannya dalam dolar AS. Yang saya ingat juga Menteri Agama (Lukman Hakim Saifuddin) sekarang dolarnya US$ 100 ribu lebih,” ujarnya.
(Baca juga: Pelemahan Rupiah Dikhawatirkan Ganggu Pertumbuhan Industri dan Ekonomi)
Selain itu, mantan Panglima TNI Moeldoko yang kini menjabat Kepala Staf Kepresidenan, disebut Faisal menyimpan harta US$ 200 ribu. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan juga disebut menyimpan dolar. Namun, ia menilai hal itu wajar lantaran Luhut mantan pengusaha.
Lebih jauh, ia menyebut Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memiliki jutaan dolar. “Tapi dibandingkan kekayaannya, relatif kecil," ujar dia.
Selain mengkritik kepemilikan dolar AS untuk spekulasi, ia juga menyinggung maraknya penggunaan dolar AS untuk berbagai tujuan, termasuk korupsi hingga dana politik. Ia mengaku sempat mendapatkan donasi saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dalam bentuk dolar AS.
Faisal menekankan, Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui kebijakan bunga acuan maupun intervensi di pasar dengan cadangan devisa. Apalagi, dalam lima bulan terakhir cadangan devisa sudah tergerus US$ 12 miliar. “Jangan banyak-banyak dipakainya,” kata dia. Maka itu, perlu kerja sama dari berbagai pihak.
(Baca juga: Gubernur BI Yakin Rupiah Akan Lepas dari Tekanan Dolar)
Nilai tukar rupiah kembali melemah setelah libur panjang Lebaran pada Juni lalu. Nilai tukar rupiah belum kunjung mereda meskipun BI sudah kembali menaikkan bunga acuan 0,5% di akhir Juni. Saat ini, nilai tukar rupiah berada di kisaran 14.300-14.400-an per dolar AS.