Antisipasi Kondisi Global, Defisit APBN Kuartal I Terendah Sejak 2015
Kementerian Keuangan mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada triwulan I sebesar Rp 85,78 triliun atau 0,58% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama selama tiga tahun terakhir.
Sebelumnya, defisit anggaran pada triwulan I 2017 tercatat sebesar 0,71% terhadap PDB, sementara pada triwulan I 2016 sebesar 1,13% terhadap PDB, dan pada triwulan I 2015 sebesar 0,71% terhadap PDB. "Realisasi defisit anggaran turun menunjukkan kami terus upayakan APBN dalam kondisi sehat dan fit karena kami antisipasi kondisi ekonomi dari lingkungan regional dan global," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di kantornya, Jakarta, Senin (16/4).
(Baca juga: Subsidi Solar Naik Rp 4,1 Triliun, Pemerintah Klaim Defisit APBN Aman)
Realisasi defisit anggaran yang sebesar Rp 85,78 triliun di triwulan I 2018 tersebut lantaran penerimaan negara tercatat sebesar Rp 333,8 triliun atau 17,6% dari target APBN yang sebesar Rp 1.894 triliun. Sedangkan belanja negara sebesar Rp 419,6 triliun atau 18,9% dari target APBN sebesar Rp 2.220 triliun.
Secara rinci, penerimaan negara tercatat 12,7% dibandingkan periode sama tahun lalu. Penerimaan paling besar berasal dari pendapatan dalam negeri sebesar Rp 333,5 tirliun yang terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp 262,4 triiliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PBNP) Rp 71,1 triliun. Sementara penerimaan hibah sekitar Rp 300 miliaran.
(Baca juga: Penerimaan Negara dari PPh 21 Tumbuh Nyaris 16%, Tertinggi Sejak 2013)
Di sisi lain, belanja negara tumbuh 4,9% dibandingkan periode sama tahun lalu. Belanja terbesar berasal dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp 234 triliun, terdiri dari belanja kementerian dan lembaga Rp 103,1 triliun dan belanja non-kementerian dan lembaga sebesar Rp 130,8 triliun. Sementara itu, transfer ke daerah Rp 175,3 triliun dan dana desa Rp 10,3 triliun.
Pada belanja kementerian dan lembaga, Sri Mulyani menyoroti turunnya realisasi belanja modal sebesar 17,7% menjadi Rp 9,7 triliun. Hal tersebut seiring dengan lelang atau pengadaan yang masih dalam proses, khususnya untuk kementerian dan lembaga yang di luar 15 besar penerima anggaran.
Di sisi lain, realisasi bantuan sosial mencapai Rp 17,9 triliun atau 23,2% terhadap APBN yang sebesar Rp 77,3 triliun. "Ini kami harapkan bisa membuat masyarakat kita momentum pertumbuhannya positif dan masyarakat yang rentan bisa mendapatkan bantuan sosial dan perlindungan negara," kata dia.
Seiring defisit anggaran yang turun, defisit keseimbangan primer juga tercatat turun menjadi Rp 17,3 triliun, lebih rendah dari periode sama tahun lalu Rp 38,7 triliun. Adapun tahun ini, pemerintah menargetkan defisit anggaran sebesar Rp 325,9 triliun atau 2,19% terhadap PDB, sedangkan defisit keseimbangan primer Rp 87,3 triliun.
Adapun realisasi pembiayaan tercatat Rp 148,2 triliun atau 37,12% dari target APBN yang sebesar Rp 399,2 triliun. Realisasi ini turun 21,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Kami menjaga utang secara sangat hati-hati, tidak ugal-ugalan," kata dia.