Survei Nielsen 2017: Makin Banyak Konsumen Percaya akan Ada Krisis
Riset Nielsen Indonesia menemukan semakin banyak konsumen pada kuartal IV 2017 yang percaya terjadinya krisis ekonomi. Saat survei dilakukan pada kuartal terakhir tahun lalu itu, sebanyak 53% konsumen berpendapat bahwa Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi. Persentasenya meningkat dibandingkan kuartal III 2017, yaitu sebanyak 47% konsumen yang menjadi responden survei tersebut percaya akan terjadi krisis.
Managing Director Nielsen Agus Nurudin mengatakan survei terhadap konsumen tersebut menggunakan pertanyaan: Menurut Anda apakah negara Anda saat ini sedang mengalami resesi?
Dari jawaban responden tersebut, kata Agus, menunjukkan kekhawatiran masyarakat terhadap krisis di Indonesia berfluktuasi selama 2017. Pada kuartal I tahun lalu, sebanyak 54% konsumen percaya akan terjadi krisis, sedangkan pada kuartal kedua dan ketiga 2017 terus menurun masing-masing menjadi 52% dan 47% konsumen.
Namun, pada kuartal terakhir tahun lalu jumlahnya kembali meningkat jadi sebanyak 53% konsumen. “Semakin banyak masyarakat yang percaya Indonesia mengarah ke resesi,” kata Agus di Mayapada Tower Jakarta, Rabu (11/4).
(Baca juga: Nielsen: Penjualan Turun Akibat Daya Beli Lemah, Bukan Tren Online)
Kekhawatiran masyarakat tercermin dalam 10 besar fokus utama masyarakat. Ekonomi menjadi perhatian terbesar masyarakat dengan capaian sebesar 32%. Fokus terhadap ekonomi jauh di atas keseimbangan hidup dan kerja 17%, toleransi terhadap agama 16%, stabilitas politik 15%, dan kebahagiaan sebesar 11%.
Masyarakat juga memilih menggunakan uangnya dengan menabung dan menyimpannya sebagai dana pensiun. Dari 10 pilihan konsumsi, peningkatan hanya terjadi pada kedua indikator tersebut. “Di kuartal IV, keinginan untuk mengeluarkan uang cukup rendah,” ujar Agus.
Ketidakyakinan konsumen juga terlihat dari strategi dalam mengelola pengeluaran konsumsi rumah tangga. Hanya ada tiga indikator yang tidak ingin dikurangi oleh masyarakat, yaitu rokok, listrik dan gas, serta belanja harian.
(Baca juga: Nielsen: Piala Dunia Tingkatkan Belanja Iklan Televisi)
Alhasil, Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia pada kuartal IV 2017 sebesar 125 dan Indonesia turun ke posisi 3 dalm daftar negara-negara paling optimistis di dunia. Padahal, pada kuartal III 2017, Indeks Keyakinan Konsumen sempat mencapai 127, naik dari kuartal I dan II yang masing-masing 120 dan 121.
Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia diukur dari prospek kerja masa depan, keuangan pribadi, dan keinginan masyarakat untuk mengeluarkan uang. Catatan Nielsen pada kuartal empat 2017, prospek kerja masa depan berkurang, optimisme keuangan pribadi stabil, dan keinginan berbelanja masyarakat meningkat.
Meski konsumen mengerem pengeluaran, namun mereka tetap tertarik berbelanja secara elektronik atau online. “Ada peningkatan meski kecil dan belum terlihat,” tutur Agus.
Dia mengungkapkan, pada 2018, tren kekhawatiran masyarakat memang mengarah terhadap krisis ekonomi. Aspek yang ditakutkan masyarakat terlihat dari pergerakan mata uang. "Itu reaksi dari defisit perdagangan dan kurs mata uang defisit karena bayar utang."
Cadangan devisa pada akhir 2017 tercatat sebesar US$ 132 miliar. Neraca perdagangan yang defisit pada kuartal pertama 2018 pun mengakibatkan masyarakat semakin panik. Oleh karena itu, cadangan devisi turun menjadi US$ 126 miliar. “Berarti ada US$ 6 miliar untuk kontrol dan intervensi mata uang,” kata Agus.
(REVISI: Judul artikel ini telah diperbarui pada 12 April 2018, pukul 19.30 WIB. Judul awalnya: Nielsen: Konsumen Makin Percaya Bakal Terjadi Krisis Ekonomi. Perubahan ini untuk menyesuaikan dengan isi artikel ini)