Tak Ikut Jejak Fitch, Ini Alasan Moody's Tahan Rating Utang Indonesia

Martha Ruth Thertina
7 Februari 2018, 11:13
Dolar Amerika Serikat
ARIEF KAMALUDIN | KATADATA

Lembaga Pemeringkat Internasional, Moody’s Investor Services memutuskan untuk mempertahankan peringkat (rating) utang jangka panjang Indonesia di level Baa3 dengan prospek positif. Padahal, pemerintah dan ekonom memprediksi Moody’s bakal menaikkan rating, lantaran Fitch sudah menaikkan rating pada Desember 2017 lalu.

Moody’s menyoroti rendahnya penerimaan negara dan ketergantungan pada pembiayaan luar negeri. Alhasil, pembiayaan dan ekonomi Indonesia terekspos dengan kondisi pendanaan global yang tengah fluktuatif.  (Baca juga: Cegah Dana Asing Keluar, Ekonom Usulkan Holding Period Obligasi Negara

“Moody’s akan mempertimbangkan untuk meningkatkan rating jika Indonesia menunjukkan kemajuan lebih lanjut dalam mengurangi kerentanan eksternal secara berkelanjutan, serta pada saat yang sama mendemonstrasikan penguatan kelembangaan,” demikian tertulis dalam siaran pers Moodys yang dilansir, Selasa (6/2). 

Adapun salah satu indikasi positif turunnya kerentanan eksternal yaitu berkurangnya ketergantungan pemerintah terhadap utang luar negeri. (Baca juga: Utang Luar Negeri Capai US$ 347 Miliar, Milik Pemerintah Naik 14%)

Meski begitu, Moody’s masih mempertahankan propek positif pada peringkat utang Indonesia. Prospek tersebut mencerminkan pandangan Moody’s bahwa kerentanan eksternal telah melonggar dan efektivitas kebijakan pemerintah membaik.

Dalam laporannya, Moody’s memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan stabil di kisaran 5,2-5,3% secara tahunan, didukung oleh konsumsi rumah tangga yang stabil dan pertumbuhan ekspor yang meningkat.

Dari sisi investasi, upaya pemerintah untuk menyederhanakan regulasi telah memperbaiki persepsi investor dan meningkatkan investasi jangka panjang meskipun pertumbuhannya masih di bawah ekspektasi.

Di sisi lain, ketaatan pemerintah dalam membatasi defisit anggaran telah membuat beban utang terkendali dalam level yang rendah. Namun, basis penerimaan negara yang sempit, membatasi pemerintah dalam menjangkau utang.

Bantalan eksternal alias cadangan devisa Indonesia juga dinilai sudah lebih kuat. Hal itu seiring dengan kenaikan harga komoditas dan pertumbuhan investasi yang stabil. Namun, hal tersebut tidak cukup untuk membuat Indonesia lepas dari kerentanan eksternal. 

“Ketergantungan Indonesia pada pembiayaan dalam mata uang asing telah memperhadapkannya pada kondisi pembiayaan global yang berubah, meskipun bantalan eksternal lebih kuat dari tahun 2008 atau saat taper tantrum pada 2013,” demikian tertulis.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...