Faisal Basri: Ekonomi Global Membaik, Indonesia Tumbuh 5,1% di 2018
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri memprediksi prospek ekonomi global akan cukup baik tahun depan, seiring dengan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang mulai membaik. Hal ini akan berdampak pada perekonomian Indonesia. Namun, prediksinya pertumbuhan ekonomi Indonesia 2018 hanya mencapai 5,1 persen, lebih rendah dari target pemerintah 5,4 persen.
Dia menjelaskan pada kuartal ketiga tahun ini, ekonomi Amerika tumbuh sebesar 3,3 persen. Angka ini sudah dua kali berturut-turut naik dalam dua kuartal terakhir. Setelah selama satu dekade Amerika tak pernah mencapai pertumbuhan tahunan di atas 3 persen.
(Baca: HSBC Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,4% di 2018)
Tingginya angka pertumbuhan ekonomi Amerika seiring dengan menurunnya tingkat pengangguran yang mencapai titik terendah dalam 16 tahun terakhir. Ini terjadi karena terbukanya lebih dari 200 ribu lapangan kerja tiap bulan di negara tersebut.
Pada Oktober lalu, Amerika bahkan menyediakan 261 ribu lapangan kerja baru bagi warganya. "Upah pekerja juga naik 24 persen. Gairah pasar modal di Amerika akan semakin tinggi," kata Faisal di Jakarta, Kamis (7/12).
Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi tersebut, Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) berencana menaikkan suku bunga acuannya pada pertengahan bulan ini. Menurut Faisal, hal ini akan mempengaruhi prospek ekonomi global yang makin membaik.
(Baca juga: Ekonom Prediksi Pilkada Serentak Dongkrak Ekonomi 2018)
Kendati demikian, Faisal menilai baiknya prospek ekonomi global tak lantas akan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia naik lebih tinggi pada tahun depan. Pasalnya, ekonomi Indonesia masih didominasi oleh sektor komoditas. Sementara, pertumbuhan ekonomi global paling besar memengaruhi sektor industri dan jasa keuangan.
Menurutnya, peran industri terhadap perekonomian nasional masih sebesar 38 persen, sedangkan kinerja sektor keuangan dalam negeri masih cukup rendah. "Sampai saat ini sektor kuangan belum pulih dari kondisi sebelun krisis," kata Faisal.
Dengan pertimbangan tersebut, Faisal pun memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 hanya mencapai 5,1 persen. Prediksi ini juga mengacu pada laju inflasi November 2017 yang yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 3,3 persen yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS).
Meski pertumbuhan ekonomi hingga kuartal III-2017 sudah mencapai 5,06 persen, Faisal memprediksi hingga akhir tahun ini hanya akan mencapai 4,9 persen. Pertumbuhannya lebih rendah karena ada perlambatan pada kuartal terakhir tahun ini.
(Baca: Pengusaha Tak Seoptimistis Pemerintah Memproyeksi Ekonomi 2018)
Menurut Faisal, hal tersebut dikarenakan pemerintah masih terus mendorong pembangunan infrastruktur. Padahal, penerimaan pajak tahun ini kemungkinan besar tidak akan mencapai target. Dia memperkirakan selisih realisasi penerimaan terhadap target (shortfall)pajak 2017 mencapai Rp 134 triliun.
Dengan adanya shortfall sebesar ini, dia menilai defisit anggaran akan mencapai 3,6 persen. "Oleh karena itu, hal tersebut akan menekan dan ekonomi tidak akan tumbuh sebesar 5 persen," kata Faisal.
Ekonom dan/atau Instansi | Prediksi Pertumbuhan Ekonomi | |
2017 | 2018 | |
Pemerintah | 5,1-5,17 % | 5,4 % |
BI | 5,14 % | 5,1-5,5 % |
Menteri Keuangan periode 2013-2014 Muhammad Chatib Basri | 5,1 % | 5,3 % |
Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja | 5,1 % | 5,3 % |
Ekonom Bank Permata Josua Pardede | 5-5,1 % | 5,2-5,3 % |
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih | 5,05%–5,08% | 5,15 % |
Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan | 5,1 % | 5,3 % |
Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi | 5,1 % | 5,4 % |
Ekonom DBS Gundy Cahyadi | 5,1 % | 5,3 % |
IMF | 5,1 % | 5,3 % |
Bank Dunia | 5,1 % | 5,3 % |
HSBC | 5,17-5,24% | 5,3-5,4% |