Jokowi Pamer Keberhasilan Ekonomi di Tahun Ketiga Pemerintahannya
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memamerkan keberhasilan pemerintahannya, khususnya di tahun ketiga pemerintahannya dalam pembangunan ekonomi. Dia mengklaim telah mampu membalikkan arah pertumbuhan ekonomi yang melemah saat awal pemerintahaannya hingga saat ini.
Pelemahan ekonomi dunia yang disertai anjloknya harga komoditas membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan di awal pemerintahannya. Namun, dengan perbaikan yang dikerjakan pemerintah, angka pertumbuhan ekonomi mampu berbalik arah menjadi di kisaran 5 persen pada tahun ini. Walaupun pergerakannya tidak signifikan, tapi sudah lebih baik dibandingkan kuartal III-2015 di angka 4,7 persen.
(Baca: Bank Pembangunan Asia Sebut Prospek Ekonomi Indonesia Menguat)
"Di tahun ketiga selalu lebih baik dibandingkan tahun pertama," ujar Jokowi dalam sambutannya di acara Bloomberg The Year Ahead Asia di Hotel Ritz-Charlton Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (6/12).
Jokowi mengklaim terus melakukan perbaikan dari sisi regulasi guna mengundang investor menanamkan modalnya di Indonesia, mengingat investasi merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi. Hasilnya, dalam tiga tahun pemerintahannya, tiga lembaga pemeringkat dunia menyematkan peringkat layak investasi (investment grade) kepada Indonesia.
(Baca: Luhut Klaim S&P Berpeluang Naikkan Lagi Peringkat Utang Indonesia)
Di tahun ketiga, Standart and Poors (S&P) menaikan peringkat Indonesia menjadi investment grade. Peringkat dari lembaga ini yang paling ditunggu, lantaran dua lembaga pemeringkat internasional lainnya yakni Fitch Rating dan Moody's telah lebih dulu memberikan peringkat tersebut. Alhasil, selama 20 tahun terakhir, Indonesia akhirnya mendapatkan peringkat investment grade dari tiga lembaga pemeringkat internasional.
Selain itu, dalam indeks kemudahan berusaha (ease of doing business/EODB) yang dirilis oleh Bank Dunia (World Bank), Indonesia berhasil mencapai peringkat 72, atau terus mengalami perbaikan sejak Jokowi menjabat sebagai kepala negara. Dia menargetkan peringkat Indonesia bisa terus naik ke posisi 40.
"Jika optimis maka akan menang, sementara jika pesimis maka akan kalah," ujar Jokowi. (Baca: Jokowi Minta Saran Bank Dunia Benahi Ekonomi Indonesia)
Untuk meneruskan torehan positifnya, Jokowi pun memutuskan untuk terus membangun infrastruktur. Alasannya, saat ini, sektor pariwisata tengah mengalami pelonjakan, khususnya di negara Asia Pasific. Menurutnya, potensi ini tidak bisa dimanfaatkan jika tidak ada infrastruktur untuk mendukung sektor pariwisata ini.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan pemerintah memang tengah menggenjot sektor pariwisata, karena merupakan sektor yang padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja. Semua aspek kepariwisataan rata-rata dikerjakan oleh manusia mulai dari makanan, minuman, jasa angkutan, sampai jasa lainnya.
Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan dapat semakin berkualitas, bukan hanya berfokus pada peningkatan kuantitas angka pertumbuhan saja. Lembong mengatakan Indonesia membutuhkan ekonomi yang terdiversifikasi, sehingga risiko yang ada bisa disebar ke berbagai sektor.
"Jadi jangan satu sektor saja, harus berbagai macam seperti kerajinan, hiburan, jasa angkutan, pendidikan, maufaktur. Manufaktur pun jangan berlebihan di satu sektor," ujarnya.
(Baca: Jokowi Jalankan Empat Strategi untuk Pacu Ekonomi Indonesia)