BI Catat Investasi Teknologi di E-Commerce dan Fintech US$ 1,7 Miliar

Desy Setyowati
9 Agustus 2017, 16:07
Fintech
Arief Kamaludin (Katadata)

Bank Indonesia (BI) mencatat investasi terkait teknologi oleh perusahaan e-commerce dan perusahaan jasa teknologi keuangan alias financial technology (fintech) mencapai US$ 1,7 miliar atau sekitar Rp 22,6 triliun tahun lalu. Tingginya investasi seiring dengan semakin besarnya jumlah pengguna internet.

“Investasi (teknologi) di sektor-sektor utama yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi seperti manufaktur dan pertambangan itu relatif rendah. Indonesia investasi (teknologi) yang cukup tinggi tercatat di tersier seperti e-commerce dan fintech diperkirakan mencapai US$ 1,7 miliar di 2016,” ujar Gubernur BI Agus D. W. Martowardojo saat seminar nasional Big Data di Gedung BI, Jakarta, Rabu (9/8).

Menurut Agus, investasi besar-besaran terkait teknologi wajar dilakukan mengingat besarnya jumlah pengguna aktif media sosial (medsos). Di dunia, jumlah pengguna medsos naik dua kali lipat dari 1,85 miliar pada 2013 menjadi 2,8 miliar tahun lalu. Adapun lalu lintas internet global sepanjang tahun lalu setidaknya telah mencapai 1,2 zetabyte atau 1,2 triliun gigabytes, utamanya dipicu oleh tren penggunaan media sosial.

Di Indonesia, Agus menyebut jumlah pengguna internet yang berbelanja online mencapai 24,74 juta orang. Bahkan, selama setahun terakhir para pengguna internet sudah membelanjakan uangnya sekitar US$ 5,6 miliar atau Rp 75 triliun per tahun di berbagai e-commerce.

"Setiap pengguna e-commerce di Indonesia rata-rata membelanjakan Rp 3 juta per tahun. Aktivitas belanja online yang tinggi ini sejalan dengan keaktifan orang Indonesia di berbagai media sosial," kata dia. (Baca juga: BI: Ekonomi Digital Bisa Dongkrak Ekonomi Tumbuh 7 %)

Seiring dengan kian berkembangnya bisnis e-commerce dan fintech, BI pun mengembangkan Big Data yang juga memuat soal aktivitas ekonomi digital. Harapannya, data terkait bisa dimanfaatkan regulator dalam menyusun kebijakan dan pelaku usaha dalam mengembangkan bisnisnya ke depan. (Baca juga: Belanja Online Naik, Potensi Pajak Hilang Rp 20 Triliun per Tahun)

Adapun BI mulai mengembangkan Big Data sejak 2015 lalu dengan proyek percontohan berupa indeks lapangan kerja dan indeks harga properti. BI memandang pemanfaatan Big Data setidaknya bisa menyediakan indikator baru secara cepat dan sering untuk atasi isu data lag yang seringkali dihadapi dalam perumusan kebijakan.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...