Darmin Yakin Investasi Topang Ekonomi Kuartal III di Atas 5 Persen
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution masih optimistis pertumbuhan ekonomi kuartal III lalu di atas 5 persen. Perkiraan tersebut didukung oleh peningkatan realisasi investasi di bidang infrastruktur, khususnya kelistrikan.
Darmin memperkirakan, pertumbuhan ekonomi kuartal III-2016 mencapai 5,1 persen. Pencapaian tersebut setara dengan kuartal II lalu, bahkan lebih tinggi dibanding kuartal I-2016 yakni 4,92 persen. Optimisme tersebut bertolak belakang dengan perkiraan Bank Indonesia (BI) sebelumnya bahwa ekonomi tumbuh melambat dalam tiga bulan terakhir ini.
Menurut dia, pendorong pertumbuhan ekonomi adalah realisasi investasi, di antaranya di bidang kelistrikan. Sejumlah proyek listrik sudah mendapat persetujuan investasi sejak tahun lalu sehingga bisa mulai berinvestasi tahun ini. “Saya kok perkirakan (pertumbuhan ekonomi) masih di 5,1 persen year on year,” kata Darmin di Jakarta, Senin (31/10).
Ia menambahkan, membaiknya realisasi investasi juga berkat paket-paket kebijakan ekonomi yang diluncurkan pemerintah. Sejauh ini, pemerintah telah menerbitkan 13 paket kebijakan. Pemerintah juga telah membatalkan ribuan peraturan daerah (perda) yang dinilai menghambat investasi. Atas dasar itulah, ia optimistis ekonomi bisa tumbuh lebih baik dibanding proyeksi BI yakni 4,9 - 5 persen.
(Baca juga: Sri Mulyani Siapkan 6 Langkah Hentikan Perlambatan Ekonomi)
Meski Darmin menganggap investasi sebagai penyokong ekonomi, nyatanya Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, pertumbuhan investasi melambat. Total realisasi investasi sepanjang Januari-September tahun ini sebesar Rp 453,4 triliun, meningkat 13,4 persen dari periode sama tahun lalu. Namun, pertumbuhannya tak sebaik tahun lalu yang sebesar 16,7 persen.
Akibat lemahnya pertumbuhan investasi, Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, ekonomi hanya tumbuh lima persen pada kuartal tiga lalu. Menurutnya, investasi swasta lemah karena permintaan dalam negeri belum meningkat. Di sisi lain, investasi yang berasal dari pemerintah juga berkurang karena adanya pemotongan anggaran.
Meski begitu, penggerak ekonomi lainnya yakni konsumsi rumah tangga dinilai Josua cukup terbantu oleh inflasi yang terkendali di kisaran 3,07 persen secara tahunan. Jadi, untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, ia menilai pemerintah dan BI harus berkoordinasi untuk memastikan inflasi dan pendapatan masyarakat terjaga. Selain itu, pemerintah juga perlu berkoordinasi dengan BI tentang kebijakan fiskalnya untuk meminimalisir dampaknya terhadap pasar.
“Dengan fokus mendorong konsumsi masyarakat dalam jangka pendek, otomatis pertumbuhan ekonomi juga cenderung membaik,” ujar Josua. (Baca juga: Bank Dunia Sarankan Kebijakan Fiskal untuk Dorong Konsumsi)
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Makro Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung juga mengatakan konsumsi rumah tangga bakal jadi penyokong utama ekonomi. Sektor ini terpantau masih cukup kuat terlihat dari penjualan ritel dan kendaraan bermotor yang membaik, meskipun penjualan mobil menurun. “Tidak ada pemburukan-lah paling tidak,” kata Juda, Kamis (20/10).
Juda mengakui data penurunan impor dan upah buruh yang stagnan merupakan indikator daya beli sedikit menurun. Namun ia yakin konsumsi rumah tangga masih tumbuh stabil di kisaran lima persen pada kuartal tiga 2016. Ramalan BI, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tahun bakal mendekati batas bawah kisaran 4,9 - 5,3 persen. (Baca juga: Ekonomi Lambat, OJK Revisi Pertumbuhan Kredit Jadi 7 Persen)