Belanja Modal Cepat, BI Yakin Ekonomi Tumbuh di Atas 5,2 Persen
KATADATA - Berbeda dibandingkan tahun lalu, pemerintah telah memacu penyerapan anggaran 2016 sejak awal tahun ini. Belanja pemerintah, terutama belanja modal, diharapkan bisa mengerek belanj rumahtangga dan investasi swasta. Kondisi ini menumbuhkan keyakinan Bank Indonesia (BI) terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini, yang bisa lebih tinggi dibandingkan proyeksi awal sebesar 5,2 persen.
Indikasi bakal melajunya ekonomi tahun ini sudah terlihat dari pencapaian pada kuartal terakhir tahun lalu. Direktur Eksekutif Bidang Moneter dan Ekonomi Bank Indonesia (BI) Juda Agung menyebut, pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2015 sebesar 5,04 persen di atas proyeksi BI. Sumber utama pertumbuhan didorong oleh pesatnya belanja pemerintah di sektor konstruksi dan utilisasi. Termasuk, investasi nonbangunan yang menunjukkan peningkatan. "Artinya sudah ada multiplier effect," katanya di kantor BI, Jakarta, Selasa (9/2).
Ia berharap, tren tersebut bakal terus berlanjut pada kuartal pertama 2016. Apalagi, penyerapan belanja pemerintah tahun ini jauh lebih cepat dibandingkan 2015. Sejumlah kementerian sudah menggelar proses lelang tahun anggaran 2016 sejak akhir tahun lalu. Alhasil, Kementerian Keuangan mencatat, belanja modal pemerintah pada Januari 2016 sudah mencapai Rp 1,5 triliun. Jumlahnya melonjak dibandingkan Januari tahun lalu yang cuma sebesar Rp 100 miliar.
(Baca: Ekonomi Kuartal IV-2015 Melonjak Berkat Belanja Pemerintah)
Karena itulah, Juda optimistis pertumbuhan ekonomi kuartal I ini bakal lebih cepat dibandingkan kuartal I-2015. Bahkan, dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2016 bisa lebih tinggi dari proyeksi semula. BI semula memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini berada di titik bawah dari rentang 5,2 hingga 5,6 persen. "Dengan perkembangan di kuartal IV-2015, kami yakin (pertumbuhan 2016) akan naik," katanya. Perkiraannya, pertumbuhan ekonomi bisa di level tengah dari rentang 5,2-5,6 persen.
(Baca: Ada 4 Stimulus, Ekonomi 2016 Diperkirakan Bisa Tumbuh 5,2 Persen)
Ia pun memperkirakan, beberapa lembaga keuangan dunia, seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) akan merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih tinggi lagi. "Konsensus forecast (perkiraan banyak lembaga) pertumbuhan ekonomi 2016 4,9 persen. Kelihatannya akan diproyeksi ke atas," ujar Juda.
Di satu sisi, Juda mengakui pengeluaran belanja rumahtangga pada kuartal IV-2015 maish minim. Tapi, dia yakin percepatan belanja pemerintah secara perlahan-lahan akan mampu mengerek konsumsi rumahtangga. Ia pun memperkirakan, belanja rumahtangga pada kuartal I ini akan kembali meningkat.
Selain konsumsi masyarakat, tingginya realisasi belanja modal pemerintah akan mendongkrak investasi swasta. Menurut Juda, biasanya sektor industri akan menggenjot produksi jika konsumsi masyarakat dan ekspor membaik. Pengusaha senantiasa mengikuti permintaan di dalam dan luar negeri.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menjelaskan lonjakan realisasi belanja modal di awal tahun ini. Total proyek yang sudah terikat kontrak sebesar Rp 25 triliun. Sementara itu, jumlah proyek yang dilelang mencapai Rp 100 triliun.
Alhasil, belanja negara secara keseluruhan pada Januari 2016 mencapai Rp 160 triliun atau 7,63 persen dari pagu. Ini lebih tinggi dibanding periode sama tahun lalu, yaitu 5,43 persen dari pagu atau senilai Rp 106 triliun. Dengan kondisi ini, Bambang yakin realisasi belanja negara mampu mencapai 97 persen dari target. Melihat kondisi ini, Bambang yakin realisasi belanja negara tahun ini bisa mencapai 97 persen dari target.
(Baca: Bank Dunia Peringatkan Ekonomi Negara Berkembang Hadapi Risiko Besar)
“Polanya (belanja) berubah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Jadi harapannya bisa dipercepat, sehingga perkiraan belanja bisa naik menjadi 95-97 persen (dari pagu),” kata Bambang.