Ekonomi Akhir Tahun Membaik, BI Masih Tahan Suku Bunga
KATADATA - Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan BI rate sebesar 7,5 persen. Artinya, besaran suku bunga tinggi ini sudah bertahan selama 11 bulan. Padahal, bank sentral menghitung perekonomian di pengujung tahun ini semkin membaik, ditandi oleh inflasi di bawah 3 persen dan defisit transaksi berjalan di kisaran 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Selain mempertahankan suku bunga acuan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang berakhir Kamis sore (17/12), memutuskan mempertahankan suku bunga Deposit Facility 5,50 persen dan Lending Facility pada level 8 persen. Di satu sisi, BI memandang ruang pelonggaran kebijakan moneter semakin terbuka dengan terjaganya stabilitas makroekonomi. Indikasinya adalah inflasi hingga akhir tahun ini diperkirakan di bawah 3 persen dan defisit transaksi berjalan berkisar 2 persen dari PDB.
“Hari ini kami evaluasi kondisi ekonomi bulanan, juga evaluasi ekonomi secara tahunan karena ini akhir tahun,” kata Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung seusai rapat. Berdasarkan survei terakhir BI, inflasi awal Desember ini sekitar 0,5 persen dan diperkirakan akan terus berlanjut pada pekan kedua Desember. Jika mengacu inflasi tahun kalender 2015 (year to date) per November lalu sebesar 2,37 persen, berarti inflasi tahun ini masih di bawah 3 persen.
(Baca: Bunga The Fed Naik: Rupiah Menguat, Bursa Saham Menghijau)
Di sisi lain, BI juga mencermati perkembangan pasar keuangan global pascakenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 0,25-0,50 persen, kemarin malam. Berdasarkan pengamatan BI, respons pasar sejauh ini terhadap kebijakan tersebut masih positif. Hal itu ditandai oleh penguatan rupiah terhadap dolar AS. “Komunikasinya (The Fed) cukup baik. Market telah antisipasi sehingga gejolak di pasar global tidak terlalu besar,” kata Juda.
Ia berharap, pola komunikasi tersebut tetap dipertahankan oleh bank sentral AS di masa depan. Pasalnya, The Fed memang berencana menaikkan suku bunga secara bertahap dalam tiga tahun ke depan. Juda menyebut, bunga AS akan naik hingga mencapai 1 persen pada tahun depan. “The Fed (menginginkan kenaikan) kira-kira 100 basis poin tapi pelaku pasar memperkirakan (kenaikannya) 50-75 basis poin,” imbuhnya.
Kebijakan kenaikan suku bunga AS secara bertahap tahun depan itulah yang diantisipasi BI dengan mempertahankan BI rate. Apalagi, masih ada risiko perlambatan ekonomi Cina yang bisa berdampak ke perekonomian global.
Sedangkan defisit transaksi berjalan dan defisit anggaran kemungkinan bakal terus berlanjut tahun depan. Yang penting, defisit tersebut karena peningkatan impor bahan baku untuk memacu pertumbuhan ekonomi. “Kendati kedua defisit tersebut menjadi pandangan pasar, tetapi kenaikan impor untuk kegiatan produktif akan direspon positif pasar,” kata Juda.
Meski begitu, dia tidak menutup kemungkinan langkah BI menurunkan suku bunga acuan pada Januari tahun depan. “Januari akan kami evaluasi lagi kondisi pertumbuhan ekonomi dan instrumen kebijakan yang akan kami keluarkan.”