Indonesia, Salah Satu Pemodal Terbesar Bank Infrastruktur Asia
KATADATA ? Indonesia akan menanamkan modal sebanyak US$ 672,1 juta untuk Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), yang dibayarkan selama lima tahun. Dengan jumlah modal yang ditanamkan ini, Indonesia menempati urutan kedelapan pemodal terbesar di AIIB.
?Indonesia menempati urutan pemodal terbesar kedelapan di AIIB. Yakni dari modal AIIB yang direncanakan sebesar US$ 100 miliar, dengan modal disetor tunai (paid in capital) sebesar 20 persen,? kata Menteri Keuangan Bambang Brdojonegoro dalam keterangan pers yang diterima Katadata, kemarin.
Hari ini, Bambang dijadwalkan akan berangkat ke Beijing, Cina, untuk menandatangani naskah Article of Agreement (AoA) pendirian AIIB. Dengan penandatanganan ini, Indonesia secara resmi menjadi salah satu dari 57 negara pendiri AIIB.
Rencananya, perjanjian AIIB akan mulai berlaku (entry into force) pada Desember 2015 dan mulai beroperasi pada awal 2016. Sebagai persiapan operasionalnya, pimpinan negara-negara anggotanya akan melakukan pertemuan (Chief Negotiators) sebelum Desember 2015.
Sebelumnya, Bambang menyatakan bahwa pemerintah sudah menyiapkan dana untuk sebagai modal awal AIIB pada 2016. Dana ini dikucurkan melalui penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 3 triliun.
?Pokoknya, di 2016 ini kami ada PMN Rp 3 triliun buat AIIB tahap pertama. Berapa persen share-nya, saya tidak tahu,? ujar dia.
Menurut dia, untuk mendapat hak suara (voting right), Indonesia akan menggandeng tiga hingga empat negara tertangga. Untuk wilayah ASEAN, adalah beberapa negara selain Singapura, kemudian negara lain yakni Republik Maladewa.
Inisiatif pembentukan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) disampaikan secara langsung oleh Presiden Republik Rakyat Cina Xi Jinping, saat Pertemuan Tingkat Pemimpin Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di Bali pada 2013.
AIIB merupakan Bank Pembangunan Multilateral yang dirancang untuk memberikan dukungan pembiayaan bagi pembangunan infrastruktur di Asia, baik pemerintah maupun swasta.
?Dengan adanya lembaga pembiayaan infrastruktur internasional ini, diharapkan bisa membantu mengatasi pembiayaan pembangunan infrastruktur di Indonesia,? ujar Bambang.