Tumbuh Melambat, Utang Luar Negeri RI Kuartal I Tembus Rp 6.371 T
Bank Indonesia mencatat total utang luar negeri hingga kuartal I 2020 mencapai US$ 389,3 miliar atau sekitar Rp 6.371 triliun jika menggunakan asumsi kurs Jisdor akhir Maret Rp 16.367 per dolar AS. ULN tersebut hanya tumbuh 0,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, melambat dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 7,8%.
Utang luar negeri tersebut terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral US$ 183,8 miliar dolar AS dan utang sektor swasta, termasuk BUMN sebesar US$ 205,5 miliar.
Adapun secara lebih perinci, utang luar negeri pemerintah pada kuartal pertama tahun ini turun 3,6% dibanding periode yang sama tahun lalu, berbalik dibanding kuartal sebelumnya yang tumbuh 9,1%. Penurunan posisi ULN itu dipengaruhi oleh arus modal keluar dari pasar surat berharga negara dan pembayaran SBN yang telah jatuh tempo.
"Pengelolaan ULN Pemerintah dilakukan secara hati-hati dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas pada sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat," tulis BI dalam keterangan resmi, Jumat (15/5).
(Baca: Ekspor & Impor Anjlok, Neraca Perdagangan April Defisit US$ 344,7 Juta)
Sektor produktif tersebut mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial dengan kontribusi mencapai 23,1% dari total ULN pemerintah, sektor konstruksi sebesar 16,3%, sektor jasa pendidikan sebesar 16,0%, sektor jasa keuangan dan asuransi sebesar 13,3%, serta sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 11,5%.
Di sisi lain, tren perlambatan ULN swasta masih berlanjut. Utang luar negeri swasta pada akhir kuartal I 2020 tumbuh 4,5% dibanding periode yang sama tahun lalu, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya sebesar 6,6%. Perkembangan ini disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan dan melambatnya pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan.
Pada akhir kuartal I 2020, ULN lembaga keuangan terkontraksi 2,3% dibanding periode yang sama tahun lalu, berbalik arah dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 3,6%. ULN perusahaan bukan lembaga keuangan juga tumbuh melambat dari 7,6% menjadi 6,7%.
(Baca: Harga Emas Dunia Menanjak, Logam Mulia Antam Naik Rp 7.000 per Gram)
Beberapa sektor dengan pangsa ULN terbesar, yakni mencapai 77,7% dari total ULN swasta, adalah sektor jasa keuangan & asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas & udara dingin (LGA), sektor pertambangan & penggalian, dan sektor industri pengolahan.
BI pun memastikan struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto pada akhir kuartal I 2020 sebesar 34,5%, turun dibandingkan dengan rasio pada triwulan sebelumnya sebesar 36,2%.
Di samping itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa 88,4% dari total ULN.