Pelemahan Konsumsi Masyarakat Diproyeksi Sebabkan Deflasi pada Juli
Menjelang rilis data inflasi yang akan dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin siang (3/8), Pengamat Ekonomi Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi memperkirakan terjadi deflasi pada Juli 2020.
"Deflasi terjadi sebagai akibat dari masih lemahnya tekanan inflasi dari sisi permintaan, karena lemahnya konsumsi masyarakat," kata Eric kepada Katadata.co.id, Senin (3/8).
Selain itu, ia menilai deflasi terjadi karena penurunan tekanan inflasi dari sisi penawaran. Hal tersebut disebabkan karena pasokan barang dan jasa baru pulih seiring mulai dibukanya sembilan sektor pada perekonomian Indonesia.
Dengan demikian, akan terjadi deflasi sebesar 0,01% secara bulanan pada Juli 2020. Meski demikian, secara tahunan tercatat inflasi 1,09%. Eric berpendapat, harga komoditas yang turun dan menyumbang deflasi di antaranya bawang merah, bawang putih, cabai merah, dan daging ayam ras.
Sebaliknya, Ekonom Permata Bank Josua Pardede memperkirakan masih akan terjadi inflasi pada Juli 2020 meski tipis. Inflasi diperkirakan tercatat sebesar 0,05% secara bulanan atau 1,7% secara tahunan.
Ia berpendapat, laju inflasi bulanan pada Juli 2020 melambat dibandingkan dengan inflasi pada Juni 2020 yang sebesar 0,18%. Perlambatan ini diperkirakan akibat adanya deflasi pada komponen harga bergejolak, di mana harga pangan seperti bawang merah, bawang putih, dan daging ayam masih menurun sebesar masing-masing -27,97%, -17,85%, dan -7,29%.
"Deflasi pada sebagian besar bahan pangan diakibatkan oleh masih lemahnya permintaan dari masyarakat akibat pandemi Covid-19," kata Josua.
Menurutnya, pendorong utama dari inflasi adalah inflasi inti yang didorong oleh kenaikan harga emas pada Juli 2020 sebesar 10,34%. Kenaikan tersebut sebagai akibat dari naiknya harga komoditas emas global, disertai dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Sementara, Bank Indonesia (BI) memperkirakan terjadi deflasi pada bulan Juli sebesar 0,03%, salah satunya dipicu oleh penurunan harga bawang merah. "Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Juli 2020 secara tahun kalender sebesar 1,06% dan secara tahunan sebesar 1,61%," tulis Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam keterangan resminya, Jakarta (24/7).
Secara terperinci, Onny menuturkan penyumbang utama deflasi pada periode laporan kemungkinan berasal dari bawang merah sebesar 0,1%. Disusul daging ayam ras 0,03%, bawang putih 0,03%, gula pasir 0,02%, jeruk 0,02, serta cabai merah, kelapa, daging sapi, dan angkutan udara masing-masing sebesar 0,01%.
Adapun untuk komoditas utama penyumbang inflasi, menurutnya berasal dari komoditas telur ayam ras sebesar 0,05%, emas perhiasan 0,04%, dan rokok kretek filter sebesar 0,01%.