Jokowi Lihat Sejumlah Sinyal Positif Ekonomi di Balik Ancaman Resesi
Ekonomi Indonesia terpukul dalam dan terancam resesi akibat dampak pandemi Covid-19. Meski begitu, Presiden Joko Widodo telah melihat sejumlah sinyal positif pemulihan ekonomi saat ini. Sejalan dengan itu, pemerintah terus berupaya mengimbanginya dengan penanganan kesehatan terhadap pandemi tersebut.
Pada kuartal II lalu, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi dengan pertumbuhan minus 5,32% secara tahunan. Alhasil, sepanjang tahun ini (semester I) ekonomi tumbuh minus 1,62%. Indonesia pun terancam masuk ke jurang resesi jika ekonomi pada kuartal III (periode Juli - September) kembali berkontraksi. Ekonomi suatu negara mengalami resesi jika ekonomi tumbuh negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Pemerintah pun berupaya mendorong ekonomi agar tidak tumbuh negatif. Jokowi menargetkan ekonomi pada kuartal III nanti tumbuh minimal 0%. "Kami mati-matian bekerja, tapi kemungkinan (pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020) masih negatif," katanya saat pertemuan dengan beberpa pemimpin redaksi media massa di Istana Bogor, Jawa Barat, Jumat (4/9).
Meski masih tren negatif dan Indonesia masuk masa resesi, Jokowi optimistis kontraksi ekonomi pada kuartal III tidak sedalam kuartal sebelumnya. "Trennya menuju positif," katanya. Prediksi Jokowi, ekonomi kuartal III nanti tumbuh minus 0,5% hingga minus 2%.
Pada akhir Agustus lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga sudah mengungkapkan perkiraannya terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal III yang kemungkinan minus 2%. "Outlook (kuartal ketiga) adalah antara 0% hingga negatif 2%," katanya.
(Baca juga: Sri Mulyani Prediksi Ekonomi Kuartal III Minus 2%, RI Terancam Resesi)
Walau ekonomi masih akan tumbuh negatif, Jokowi melihat beberapa sinyal pemulihan ekonomi di tengah pandemi. Pertama, membaik dan menggeliatnya sektor manufaktur. IHS Markit melaporkan Purchasing Managers Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia pada Agustus 2020 berada di level 50,8. Angka ini naik signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 46,9.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula, sehingga bila melewati level ini maka bisa dikatakan pelaku usaha tengah bersiap melakukan ekspansi. PMI manufaktur Indonesia kini berada di titik tertinggi sejak Februari 2020, artinya secara perlahan ekonomi mulai pulih dan kembali ke level pra-pandemi virus corona. "PMI Manufaktur menunjukkan sudah adanya ekspansi," kata Jokowi.
Kedua, kenaikan konsumsi listrik sejak bulan Juli lalu. PT PLN melaporkan penjualan listrik pada Juli 2020 mencapai 20,19 tera watt per hour (TWh). Jumlahnya lebih tinggi 4,7% dibandingkan realisasi pada Juni 2020. Secara year on year, penjualan listrik pada Juli 2020 tumbuh 0,5%.
Bahkan, kabar terbaru, penjualan listrik hingga akhir Agustus lalu lebih tinggi lagi dibandingkan Juli 2020. Kenaikan penjualan dan konsumsi listrik tersebut mengindikasikan tahap awla pemulihan ekonomi nasional.
Ketiga, tren kenaikan harga saham dan penguatan kurs rupiah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia pada perdagangan Jumat lalu (4/9) ditutup pada level 5.240. Jika dibandingkan dalam satu bulan terakhir, IHSG menunjukkan tren kenaikan sebesar 3,2%.
Sedangkan kurs rupiah di pasar spot pada Jumat lalu (5/9) bertengger di posisi Rp 14.750 per dolar Amerika Serikat (AS). Posisi ini jauh lebih kuat dibandingkan pada periode awal pandemi bulan Maret - Mei 2020, yaitu kurs rupiah di atas Rp 15.000 per dolar AS.
Keempat, sinyal pemulihan ekonomi menurut Jokowi adalah, perbaikan dan peningkatan investasi. "Tadi pagi Kepala BKPM (Bahlil Lahadalia) melaporkan, perkiraan kuartal III (realisasi investasi) Rp 213 triliun," kata Presiden.
Sebagai perbandingan, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi langsung pada kuartal II 2020 sebesar Rp 191,9 triliun. Raihan ini terkontraksi 4,3% dibandingkan periode sama tahun lalu dan juga turun 8,9% dari kuartal I-2020.
Ke depan, Jokowi optimistis realisasi investasi akan terus meningkat dan dapat mencapai target tahun ini. "Dari minus 8%, sekarang jadi minus 2%," katanya.
Optimisme tersebut juga membesar jika melihat pembahasan rancangan undang-undang omnibus law mengenai Cipta Kerja. Menurut Jokowi, pembahasan RUU tersebut sudah rampung 80%. "Tapi itu prosesnya ada di DPR."
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan berbagai faktor itulah, Presiden melihat kondisi ekonomi mulai pulih hingga akhir tahun nanti. Ia pun menyitir proyeksi ekonomi Indonesia tahun ini dna tahun depan dari tiga lembaga keuangan dunia. Per Juli lalu, dana moneter internasional (IMF) memproyeksikan ekonomi RI tahun ini tumbuh minus 0,3%. Bank pembangunan Asia (ADB) juga memproyeksi kontraksi ekonomi RI sebesar 1%. Adapun, Bank Dunia menaksir ekonomi tumbuh 0%.
Proyeksi tinggi dibuat untuk tahun depan. IMF meramal ekonomi RI tahun 2021 tumbuh 6%; Bank Dunia sebesar 4,8%, sednagkan ADB menaksir 5,3%. "Proyeksi ini tidak jauh dengan target pemerintah tahun depan," kata Jokowi. Pekan ini, pemerintah dan DPR menyepakati asumsi makro ekonomi tahun depan, yang salah satunya adalah target pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5 - 5,5%.
Di sisi lain, Jokowi mengakui tidak mudah menjalankan pemulihan ekonomi sejalan dan seimbang dengan penanganan kesehatan terhadap pandemi. Ia mengibaratkan seperti gas dan rem, yakni pelonggaran pembatasan aktivitas untuk mendorong ekonomi (gas) atau memperketat pembatasan aktivitas dan protokol kesehatan (rem).
"Gas dan rem itu bukan persoalan mudah. Bagaimana mengelola yang seimbang, praktiknya tidak mudah," katanya.
Presiden pun memaparkan beberapa data terkini penanganan pandemi di Indonesia. Kasus positif Covid-19 di negara ini memang terus bertambah, namun itu sejalan dengan peningkatan jumlah tes.
Di sisi lain, tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Indonesia terus meningkat. Jokowi menyebut tingkat kesembuhan selama periode Maret - Agustus mencapai 71,66%, yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata dunia sebesar 70,46%. "Ini yang jarang dilihat orang," katanya.
Menurut dia, kunci untuk menyelesaikan pandmei ini adalah menemukan vaksin yang kemudian dikonsumsi oleh semua masyarakat. Saat ini, BUMN Bio Farma bersama perusahaan farmasi Tiongkok Sinovac sudha melakukan uji klinis tahap ketiga vaksin Covid-19.
Jokowi berharap proses vaksinasi masyarakat sudah dapat dilakukan pada Januari tahun depan. "Sebelum vaksin ketemu, kuncinya (penanganan Covid-19) adalah pakai masker," kata Jokowi, yang selama pertemuan lebih 1,5 jam tersebut selalu memakai masker dan face shield.
Sebelumnya, ekonom senior Universitas Indonesia Faisal Basri memperkirakan kontraksi ekonomi pada kuartal III lebih kecil dibandingkan kuartal sebelumnya tapi lebih besar dari prediksi pemerintah yaitu minus 3%.
Ia melihat konsumsi masyarakat masih lemah. Masyarakat menahan diri untuk tak berbelanja mengingat ketidakpastian ekonomi masih besar. Sehingga, komponen penyumbang 57,85% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ini belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
Lemahnya konsumsi terlihat dari penjualan mobil yang masih minus 50% untuk periode Januari-Juli tahun ini dan pariwisata minus 80% dibandingkan tahun 2019. “Masyarakat meskipun ekonomi mulai membaik, terjadi perubahan pola pikir,” kata Faisal dalam Rapat Pendapat Umum bersama Komisi VI DPR, Senin (31/8).
Pada kuartal kedua lalu, konsumsi masyarakat tumbuh minus 5,51%. Lebih dalam dari kuartal pertama yang tumbuh sebesar 2,84% dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi minus 1,74% secara kuartalan atau QtoQ dibanding kuartal keempat 2019.