Penjualan Retail Membaik Berkat Bansos Tapi Masih di Fase Kontraksi

Agatha Olivia Victoria
9 September 2020, 14:06
survei penjualan eceran, penjualan retail, daya beli masyarakat
ANTARA FOTO/Ampelsa/wsj.
Ilustrasi. Perbaikan penjualan retail pada Agustus terjadi seiring dengan peningkatan daya beli masyarakat sejalan dengan guyuran insentif pemerintah.

Survei Bank Indonesia mengindikasikan penjualan eceran atau retail pada bulan lalu membaik dibandingkan Juli meski masih berada dalam fase kontraksi. Perbaikan penjualan retail seiring dengan peningkatan daya beli masyarakat sejalan dengan guyuran insentif pemerintah.

Berdasarkan survei yang dipublikasikan BI pada Rabu (9/9), Indeks Penjualan Riil Agustus diperkirakan sebesar 194,6, terkontraksi 10,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, kontraksi pada Agustus membaik dibandingkan Juli yang negatif 12,3%.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menjelaskan, penjualan kelompok makanan, minuman dan Tembakau diindikasi mulai mencatat pertumbuhan positif pada Agustus 2020.

"Kelompok barang yang lain diprakirakan juga mengalami perbaikan dengan kontraksi yang menurun, kecuali pada kelompok barang pelengkapan rumah tangga lainnya," ujar Onny dalam keterangan resmi.

Selain berkat insentif pemerintah, potongan harga yang diterapkan ritel khususnya dalam rangka HUT RI atau kemerdekaan, serta kelancaran distribusi barang juga menjadi pendorong penjualan retail.

Kinerja penjualan eceran mulai membaik sejak Juli 2020, setelah tertekan cukup dalam pada Mei dan Juni seiring pelonggaran pembatasan sosial berskala besar. Namun pada bulan lalu, kelompok makanan, minuman, dan tembakau masih mengalami kontraksi 1,9%.

Perbaikan juga terjadi pada kelompok barang budaya dan rekreasi. Namun, minus 38,7%, membaik dari bulan sebelumnya sebesar minus 44,6%.

Secara spasial, kinerja penjualan eceran menunjukkan perbaikan di hampir seluruh kota pada Juli 2020. Dari sepuluh kota yang disurvei, penjualan eceran di Kota Manado tercatat positif dan meningkat sebesar 32,4%. Sementara itu, kota lainnya juga menunjukkan perbaikan meski masih dalam fase kontraksi, seperti Kota Semarang dengan pertumbuhan minus 15,2%, Kota Surabaya dengan pertumbuhan minus 0,4%, dan Banjarmasin yang tumbuh sebesar minus 32,4%.

Direktur Riset Center Of Reform on Economics Piter Abdullah Redjalam mengatakan penyebab masih lesunya penjualan eceran di Tanah Air lantaran masih meningkatnya kasus Covid-19. Hingga Selasa (8/9), kasus positif corona RI telah mencapai 200.035 dengan angka kematian 8.230 orang. Sementara pasien sembuh mencapai 142.958.

 Piter menyampaikan masyarakat bawah banyak yang kehilangan daya beli sehingga konsumsi menurun di tengah pandemi. Sementara, masyarakat menengah atas masih berhati-hati dalam menjaga diri dan menahan konsumsi. "Keduanya di tengah pandemi mengurangi konsumsi, ujungnya terlihat di penjualan ritel yang menurun," kata Piter kepada Katadata.co.id, Rabu (9/9).

Kendati demikian, dia menilai saat ini penjualan ritel sudah mulai meningkat. Walaupun masih jauh dibawah normal.

Senada, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual mmenjelaskan konsumsi masyarakat sempat menunjukkkan pola kenaikan pada Juni dan Juli tetapi kembali melambat pada Agustus.  Hal ini, menurut dia, terjadi lantaran kelompok menangah atas masih memilih menahan diri untuk berbelanja terutama karena kasus Covid-19 yang masih tinggi dan ketidakpastian global. 

"Mereka ini yang membuat konsumsi rumah tangga anjlok pada kuartal dua lalu," katanya. 

Pemerintah, menurut dia, perlu meningkatkan keyakinan konsumen agar kelompok masyarakat golongan ini kembali mendorong belanja. Hal ini terutama dilakukan dengan penanganan pandemi Covid-19 yang baik serta ketersediaan vaksin. 

Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...