Kasus Covid-19 Masih Tinggi, Proyeksi Ekonomi Indonesia Turun Lagi

Agatha Olivia Victoria
10 Desember 2020, 16:31
Sejumlah pengendara melintas di kawasan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (7/5/2020). Bank Indonesia (BI) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah 2,3 persen pada tahun ini akibat pandemi virus Corona atau COVID-19.
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/nz
Sejumlah pengendara melintas di kawasan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (7/5/2020).

Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi RI dari minus 1% menjadi minus 2,2% pada tahun 2020. Hal ini seiring masih tingginya kasus Covid-19 di Tanah Air.

Ekonom ADB Emma Ellen mengatakan ramalan ekonomi Indonesia pada 2021 juga menurun dari 5,3% menjadi 4,5%. "Tentunya bersamaan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia Tenggara yang menurun," kata Emma dalam ADB Indonesia Year-End Media Gathering, Kamis (10/12).

ADB memproyeksi kontraksi ekonomi negara-negara Asia Tenggara lebih dalam dari proyeksi sbeelumnya minus 3,8% menjadi 4,4% pada tahun ini. Sedangkan proyeksi ekonomi ASEAN pada tahun depan dipangkas dari 5,5% menjadi 5,2%, 

Lembaga ini juga memangkas proyeksi ekonomi Malaysia dari minus 5% menjadi negatif 6%. Demikian pula dengan Filipina yang semula terkontraksi 7,3% menjadi  negarif 8,5%.

Sementara, proyeksi pertumbuhan ekonomi Thailand justru sedikit membaik dari minus 8% menjadi minus 7,8%. Sementara Vietnam yang semula diproyeksi masih tmbuh 1,8%, dikoreksi lebih baik menjadi 2,3%. Adapun ramalan ekonomi Singapura tetap stagnan pada level kontraksi 6,2%.

Emma menilai kontraksi perekonomian Indonesia akan perlahan menurun pada kuartal IV 2020. "Ini setelah terkontraksi 3,5% pada kuartal ketiga dan 5,3% pada kuartal kedua," ujarnya.

Pemulihan ekonomi pada tahun depan, menurut dia, akan berlangsung secara bertahap bergantung pada penanganan Covid-19 dan program vaksinasi. 

Kendati demikian, sambung dia, ketidakpastian pada tahun depan tak serta merta menghilang dengan kehadiran vaksin. Alasannya, distribusi vaksin di Tanah Air akan memakan waktu.

Di sisi lain, dia memperkirakan bahwa sentimen bisnis akan membaik akibat reformasi iklim investasi pada tahun depan, termasuk akibat perjanjian perdagangan kemitraan ekonomi komprehensif regional. Pemulihan mitra dagang utama yang dibarengi dengan kenaikan harga komoditas internasional akan meningkatkan prospek ekspor Indonesia dan mendukung sektor manufaktur.

Selain itu, inflasi pada tahun 2020 diramal sebesar 2% dan 2,4% pada 2021. Pemulihan permintaan domestik yang lebih menyeluruh akan terjadi pada tahun 2022. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi akan kembali ke tingkat sebelum pandemi pada tahun tersebut.

Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia Teuku Riefky mengatakan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi RI oleh ADB kemungkinan terjadi karena masih belum menurunnya kasus Covid-19 di dalam negeri. "Belum ada progres yang signifikan dari perbaikan kasus selama ini," ujar Riefky kepada Katadata.co.id, Kamis (10/12).

Kendati demikian, proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut, menurut ia, jauh lebih realistis ketimbang sebelumnya. Namun, penurunan perkiraan itu bukan menunjukan ada sesuatu yang berubah signifikan dengan keadaan Tanah Air.

Beberapa lembaga internasional, sambung Riefky, baru menyadari parahnya kasus virus corona di Indonesia. Hal tersebut terlihat dari banyaknya revisi ke bawah mengenai proyeksi pertumbuhan ekonomi RI.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan negatif 0,6% hingga 1,7%. Ini karena ada kemungkinan pertumbuhan negatif masih akan berlangsung pada kuartal IV 2020. "Namun akan kami usahakan bisa mendekati positif atau 0%," ujar Sri Mulyani dalam konferensi virtual, Selasa (22/9).

Dia memerinci, konsumsi rumah tangga seluruh tahun kemungkinan berada di antara negatif 1% hingga 2,1%, konsumsi pemerintah masih bisa bertumbuh 0,6% hingga 4,8%, PMTB kontraksi 4,4% hingga 5,6%. Lalu, ekspor minus 5,5% hingga 9%, dan impor terkontraksi 11,7% hingga 17,2%.

Pada tahun depan, pemerintah mematok pertumbuhan ekonomi pada level 5%. Target tersebut menggambarkan harapan sekaligus ketidakpastian terhadap kondisi perekonomian di tengah pandemi Covid-19.  Namun, Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 3%, terlihat dalam databoks di bawah ini.

Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...