PSBB akan Diperketat, BI Masih Ramal Ekonomi Kuartal IV Positif
Pemerintah akan mulai memperketat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan laju kasus baru Covid-19. Meski demikian, BI masih memproyeksi ekonomi pada kuartal keempat mampu tumbuh positif.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan ekonomi pada kuartal keempat akan positif, tetapi terkontraksi 1% hingga 2% pada sepanjang tahun ini. "Perkembangan tersebut terindikasi pada berlanjutnya kinerja positif sejumlah indikator pada November 2020," ujar Perry dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - Desember 2020, Kamis (17/12).
Indikator yang dimaksud, antara lain peningkatan mobilitas masyarakat di beberapa daerah, berlanjutnya perbaikan Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur, dan menguatnya keyakinan serta ekspektasi konsumen terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja dan kegiatan usaha.
Ia pun memperkirakan, perbaikan ekonomi domestik diperkirakan terus berlangsung secara bertahap dan akan meningkat di antara 4,8% hingga 5,8% pada tahun 2021. Namun, vaksinasi dan disiplin dalam penerapan protokol Covid-19 merupakan kondisi prasyarat bagi proses pemulihan ekonomi nasional.
Kebijakan pemerintah tahun depan juga akan diarahkan untuk mendorong pembukaan sektor-sektor produktif dan aman secara nasional maupun di masing-masing daerah, akselerasi stimulus fiskal, dan penyaluran kredit perbankan dari sisi permintaan dan penawaran. Kemudian, berlanjutnya stimulus moneter dan makroprudensial, serta percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan, khususnya terkait pengembangan UMKM.
Tak seoptimistis BI, Bank Dunia memproyeksi ekonomi Indonesia tahun depan hanya tumbuh 3% seperti tergambar dalam databoks di bawah ini.
Menurut Perry, perbaikan pertumbuhan ekonomi RI tak terlepas dari kinerja perekonomian global yang terus menunjukkan perbaikan. Perbaikan ekonomi dunia didorong oleh peningkatan mobilitas dan dampak stimulus kebijakan yang berlanjut di berbagai negara, terutama Amerika Serikat dan Tiongkok.
Perkembangan sejumlah indikator dini pada bulan November 2020 mengonfirmasi perbaikan ekonomi global yang terus berlangsung. Kenaikan PMI manufaktur dan jasa berlanjut di AS dan Tiongkok, keyakinan konsumen dan bisnis terus membaik di AS, Tiongkok, dan kawasan Eropa, serta tingkat pengangguran menurun di banyak negara. "Dengan perkembangan tersebut, perbaikan ekonomi global diperkirakan terus berlanjut dengan tumbuh di kisaran 5% pada tahun 2021, setelah terkontraksi 3,8% pada tahun 2020," ujar dia.
Kecepatan perbaikan ekonomi global ke depan dipengaruhi oleh implementasi vaksinasi, peningkatan mobilitas, dan berlanjutnya stimulus kebijakan fiskal dan moneter. Perbaikan ekonomi global tersebut mendorong kenaikan volume perdagangan dan harga komoditas dunia sesuai prakiraan sebelumnya.
Pengamat Ekonomi Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi memproyeksikan perekonomian RI akan sedikit terkontraksi pada tahun ini dalam rentang 0,7%-0,8%. Perkiraan tersebut didorong kemungkinan perekonomian RI yang akan tumbuh positif 2,8%-3,3% pada kuartal keempat ini. "Pertimbangannya sudah semakin dibuka kembali sektor-sektor prioritas," kata Eric kepada Katadata.co.id, Kamis (17/12).
Namun, perhitungan tersebut belum mencakup rencana pemerintah memberlakukan kembali pengettatan PSBB. Pemerintah membatasi jam operasional mal, restoran, dan kantor hanya hingga pukul 19.00 WIB mulai besok.
Kepala Ekonom BCA David Sumual menilai pengetatan PSBB tak akan banyak berpengaruh pada ekonomi kuartal IV lantara hanya tersisa dua pekan sebelum menutup tahun. Ia pun menilai ekonomi pada tiga bulan terakhir tahun ini berpotensi positif lantaran sektor menengah bawah sudah mulai bergerak, antara lain berkat bantuan program PEN.
"Tapi keseluruhan tahun ini kemungkinan terkontraksi 1% hingga 2%," katanya.
Pemerintah memperkirakan ekonomi masih berpotensi terkontraksi hingga 2% pada kuartal IV 2020, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yakni tumbuh 0%. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memprediksi ekonomi kuartal keempat akan tumbuh 0,6% hingga minus 2%. "Dengan menjaga momentum perbaikan pertumbuhan, ekonomi bisa mencapai angka tersebut," kata Airlangga dalam Diskusi Virtual bertajuk Resilience In Pandemic, Senin (14/12).
Momentum perbaikan ekonom sebenarnya sudah mulai terlihat pada kuartal III 2020. Saat itu, ekonomi terkontraksi 3,49%, membaik dari pertumbuhan negatif 5,32% pada kuartal kedua. Potensi perbaikan ekonomi terlihat dari peningkatan permintaan domestik dan keyakinan konsumen. Konsumsi rumah tangga, menurut dia, mulai meningkat dengan tingkat inflasi kembali terjaga. Inflasi pada bulan Oktober dan November 2020 tercatat masing-masing 0,07% dan 0,28% secara bulanan. Angka tersebut sedikit membaik dari deflasi tiga bulan berturut sebelumnya.