BPS Pantau Kenaikan Harga Tahu Tempe Tak Mengancam Inflasi
Pengusaha tahu tempe di wilayah Jakarta berencana menaikkan harga minimal 20% akibat lonjakan harga kedelai. Namun, Badan Pusat Statistik menilai andil kedua produk pangan tersebut sangat kecil terhadap inflasi nasional.
Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa BPS Setianto mengatakan pada Desember 2020 komoditas tahu mentah mencatatkan inflasi sebesar 0,06, sedangkan tempe 0,05%. "Namun demikian kedua komoditas tersebut memberi andil sangat kecil terhadap inflasi nasional," kata Setianto dalam Konferensi Pers Data Inflasi Desember 2020 secara virtual, Senin (4/1).
Andil inflasi kedua komoditas itu hanya 0,0002% kepada inflasi Desember 2020 yang sebesar 0,45% secara bulanan dan 1,68% secara tahunan. Inflasi bulanan pada periode tersebut disumbang oleh kenaikan harga cabai merah, telur ayam ras, hingga tarif angkutan udara.
Cabai merah tercatat memberi andil sebesar 0,12% dan telur ayam ras 0,06% kepada inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Sementara tarif angkutan udara memberi sumbangan inflasi 0,05% terhadap kelompok transportasi.
Dari 90 kota indeks harga konsumen, 87 kota mengalami inflasi dan 3 kota deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Gunung Sitoli sebesar 1,87% dan terendah di Tanjung Selor 0,05%. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Luwuk 0,26% dan terendah di Ambon 0,07%.
Ekonom Senior Center Of Reform on Economics Yusuf Rendy Manilet memperkirakan adanya potensi kenaikan harga tempe dan tahu pada Januari 2021. Namun, jika pemerintah berhasil menekan komoditas pangan strategis lainnya, inflasi tidak akan terlalu terkerek. Komoditas yang dimaksud yaitu seperti cabai, bawang putih dan merah, beras, dan sejumlah produk lainnya.
"Ini artinya kenaikan harga tempe dan tahu akan diantisipasi konsumen dengan melakukan subtitusi produk pengganti," ujar Yusuf kepada Katadata.co.id, Senin (4/1).
Namun demikian, inflasi Januari berdasarkan pola musiman selalu terjadi penurunan angka inflasi dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini wajar karena permintaan pada ini tidak sebesar Desember yang memiliki momentum Natal dan tahun baru. Dengan demikian, pola inflasi pada bulan ini diperkirakan tetap sama dengan bulan sebelumya.
Sebanyak 5.000 pelaku Usaha Kecil Menengah yang tergabung Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia DKI Jakarta sempat menghentikan sementara proses produksi pada 1-3 Januari 2021 memprotes harga kedelai yang melonjak. Puskopti juga telah mengimbau kepada anggotanya untuk menaikkan harga jual minimal 20%.
Sekretaris Puskopti DKI Jakarta Handoko Mulyo, mengatakan aksi tersebut merupakan bentuk protes terhadap kenaikan harga bahan baku kedelai dari Rp 7.200 menjadi Rp 9.200 per kilogram. "Mulai 1 Januari 2021 sampai 3 Januari 2021 para pengrajin tempe tahu, berhenti produksi," kata Handoko, seperti dikutip dari Antara.
Handoko mengatakan aksi mogok produksi itu telah disampaikan kepada sekitar 5.000 produsen maupun pedagang tahu dan tempe di DKI Jakarta melalui surat nomor 01/Puskopti/DKI/XII/2020 yang dikeluarkan Puskopti DKI Jakarta pada 28 Desember 2020. Seruan mogok kerja itu juga disampaikan Handoko kepada jajaran pengurus di wilayah Provinsi Jawa Barat. "Malam Sabtu sampai malam Minggu, tanggal 2 Januari 2021 semua tidak berjualan. Malam Senin tanggal 3 Januari 2021 sudah ada penjualan di pasar," ujarnya.
Namun Puskopti mengimbau kepada seluruh anggota untuk menaikkan harga jual tahu dan tempe minimal 20% dari harga awal untuk mengantisipasi kerugian. Komunikasi juga telah disampaikan kepada pedagang tahu tempe di Jawa Barat untuk menerapkan hal yang sama.