Beroperasi Sebelum April, LPI Berpotensi Kelola Investasi Rp 500 T
Lembaga Pengelola Investasi akan mendapatkan modal awal sebesar Rp 75 triliun. Dengan modal tersebut, LPI berpotensi menarik investasi hingga mencapai Rp 500 triliun pada masa awal pembentukannya.
"Tidak akan memakan waktu yang lama untuk LPI mengelola investasi Rp 500 triliun," ujar Staf Khusus Menteri Keuangan bidang Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi Masyita Crystallin webinar SWF Effect bagi Ekonomi, Kamis (14/1).
Hal ini mengingat aset yang berada dalam pipeline atau daftar invest asiLPI cukup besar, seperti proyek jalan tol, bandara, hingga pelabuhan. Daftar proyek yang akan masuk dalam rencana invesasi LPI ini harus sudah tersedia saat lembaga ini beroperasi sebelum 1 April 2020.
"Saya optimistis lembaga ini akan roll over dengan cepat, tetapi kita tetap harus hati-hati," ujar dia.
Direktur Utama PT Waskita Karya Tbk Destiawan Soewarjono menyampaikan, pihaknya siap menawarkan 11 proyek tol kepada LPI. "Kami harap pertengahan semester I 2021 sudah ada kesepakatan dengan LPI," kata Destiawan dalam kesempatan yang sama.
Sebanyak 11 proyek tol yang akan ditawarkan tersebut terdiri dari enam ruas tol yang telah beroperasi dan lima ruas sebagian akan beroperasi pada 2021 dan sisanya pada 2022. Kesebelas proyek tol tersebut merupakan bagian dari 18 proyek tol yang sedang mencari investor tahun ini.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Kekayaan Negara Issa Rachmatarwata menjelaskan, konsep LPI akan lebih menyerupai SWF yang dimiliki oleh Rusia. Russian Direct Investment mengelola dana yang bersumber dari internal dan dana dari investasi asing.
"Karena tujuan utama Russian Direct Investment adalah menarik dana di luar negeri untuk diinvestasikan di Rusia, maka banyak sekali menggunakan kombinasi dananya sendiri dan dana dari luar negeri. Ini yang akan mirip dengan LPI," ujar Issa dalam Webinar Serap Aspirasi Implementasi UU Cipta Kerja, Selasa (27/12).
Rusian Direct Investment saat ini mengelola dana internal mencapai US$ 10 miliar dan sudah menarik FDI US$ 40 miliar atau empat kali lipat dari dananya sendiri. Dana yang dikelola di bawah Bank Pembangunan Rusia ini berada diurutan ke-41 di antara SWF yang dimiliki berbagai negara di dunia.
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan lembaga ini berpotensi menarik lebih banyak investasi asing sehingga mampu mengoptimalisasi aset negara dan BUMN. Ini diharapkan mampu mendorong pembangunan dan pertumbuhan ekonomi lebih cepat.
"BUMN itu asetnya ada sekitar US$ 600 miliar. Sekarang sedang dipetakan dan dihitung aset mana saja yang dapat masuk ke dalam LPI," kata Luhut saat berbincang melalui video streaming pada akun Youtube milik Dahlan Iskan, akhir bulan lalu.
Luhut optimistis aset BUMN dapat di-leverage hingga tiga kali jika nantinya dikelola oleh LPI. Pengelolaan BUMN di bawah LPI, menurut dia, dapat mendorong manajemen perusahaan lebih profesional. "Valuasinya diharapkan meningkat. Katakanlah tahun depan bisa kelolaan LPI dapat mencapai US$ 30 miliar (setara Rp 428 triliun)," kata Luhut.
Dalam PP LPI dijelaskan bahwa modal LPI dapat berupa penyertaan modal negara dan sumber lain. PMN dapat antara lain dapat berupa barang milik negara dan aset BMN. Namun, pemindahtanganan aset negara menjadi milik LPI, tidak termasuk pada pengelolaan cabang produksi yang penting dan pengelolaan bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya.
Luhut menjelaskan, LPI akan mengundang dana asing melalui partisipasi ekuitas. Pada tahap awal, lembaga ini akan menawarkan proyek-proyek di sektor infrastruktur seperti jalan tol, bandara, dan pelabuhan. Proyek-proyek yang ditawarkan tentunya adalah yang memberikan hasil investasi cukup baik.