Rupiah Melemah Tertekan Indikasi Kuat Pemulihan Ekonomi AS
Nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi ini dibuka melemah tipis 0,02% ke posisi Rp 14.007 per dolar Amerika Serikat. Rupiah melemah tertekan indikasi pemulihan ekonomi yang kuat di AS.
Mengutip Bloomberg, rupiah kian melemah ke posisi Rp 14.019 per dolar AS hingga pukul 09.25 WIB. Mayoritas mata uang Asia justru memguat terhadap dolar AS.
Yuan Tiongkok menguat 0,06%, rupee India 0,01%, ringgit Malaysia 0,09% baht Thailand 0,04%, won Korea Selatan 0,02%, dolar Taiwan 0,03%, dan dolar Singapura 0,05%. Hanya yen Jepang dan peso Filipina yang juga melemah terhadap dolar AS seperti rupiah masing-masing 0,03% dan 0,06$, sedangkan dolar Hong Kong stagnan.
Vice President Monex Investindo Futurs Ariston Tjendra menjelaskan, doalr AS bergerak menguat seiring positifnya data manufaktur dan ketenagakerjaan di luar pertanian. Kedua data tersebu mengindikasikan pemulihan ekonomi.
"Yield obligasi pemerintah AS terlihat menguat, saat ini di kisaran 1.14%, dari sebelumnya 1.08%. Penguatan yield inidapat mendukung penguatan dolar AS," ujar Ariston kepada Katadata.co.id, Senin (4/2).
Penguatan yield ini seiring dengan pengesahan proposal stimulus AS senilai US$ 1,9 triliun oleh DPR AS. Langkah ini bisa mempercepat perilisan stimulus dan mendukung pemulihan ekonomi Negara Paman Sam tersebut.
"Rupiah berpotensi tertekan terhadap dollar AS karena sentimen di atas," katanya.
Namun di sisi lain, menurut Ariston, minat pasar yang masih tinggi terhadap aset berisiko dapat menahan pelemahan rupiah. Rupiah hari ini berpotensi bergera di rentang Rp 13.980-Rp 14.050 per dolar AS.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, dolar bertahan stabil di tengah kemajuan negosiasi stimulus. Kemarin, Senator Republik Shelley Moore Capito menyatakan Fraksi Republik bersedia berkompromi terkait besaran stimulus. Pernyataannya menandakan kemajuan positif dari negosiasi, dan meningkatkan harapan untuk stimulus.
Indikator ekonomi AS pada Januari juga mencatatkan kondisi lebih baik dan memberikan sinyal pemulihan ekonomi yang solid. Di tengah harapan data ekonomi yang kuat, dolar diperdagangkan menguat terhadap euro, sterling, dan yen Jepang, tetapi melemah terhadap dolar Australia dan dolar Selandia Baru. Indeks DXY diperdagangkan sedikit lebih lemah sebesar 0,03% menjadi 91,171.
"Rupiah berpotensi diperdagangkan menguat didukung oleh sentimen stimulus AS," katanya.
Menurut dia, sentimen harapan stimulus AS membantu Rupiah,bersama dengan mata uang Asia lainnya diperdagangkan lebih kuat terhadap dolar. Di sisi lain, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan program Economic Recovery Plan (PEN) berpotensi bisa ditingkatkan menjadi Rp690 triliun untuk anggaran tahun 2021 karena adanya program insentif pajak.
"Rupiah diperkirakan akan bergerak di rentang Rp 13.950 hingga Rp 14.050 per dolar AS," ujarnya.