Ekonomi Resesi, Rerata Pendapatan Penduduk RI Turun jadi Rp 56,9 Juta
Resesi ekonomi yang berlanjut hingga kuartal IV 2020 menyebabkan ekonomi sepanjang tahun lalu minus 2,07%, kontraksi pertama sejak krisis moneter 1998. Rata-rata pendapatan penduduk Indonesia pun turun dari Rp 59,1 juta menjadi Rp 56,9 juta.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, produk domestik bruto atas dasar harga berlaku pada tahun lalu mencapai mencapai Rp 15.434,2 triliun. Dengan demikian PDB per kapita atau rata-rata pendapatan penduduk Indonesia mencapai Rp 56,9 Juta atau US$3.911,7.
"PDB per kapita atas dasar harga berlaku pada tahun lalu turun dibandingkan tahun 2019 Rp 59,1 juta atau 4.173,5. Ini karena kontraksi perekonomian dan jumlah penduduk yang bertambah," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers Pengumuman PDB Kuartal IV 2020, Jumat (5/2).
Seluruh komponen pengeluaran yang membentuk Produk Domestik Bruto pada tahun lalu terkontraksi, kecuali konsumsi pemerintah yang tumbuh 1,94%. Sementara konsumsi rumah tangga negatif 2,63%, konsumsi LNPRT negatif 4,29%, pembentukan modal tetap bruto/investasi minus 2,95%, serta ekspor dan impor masing-masing minus 7,7% dan minus 14,71%.
Ekonomi pada kuartal keempat masih terkontraksi 0,42% secara kuartalan atau 2,19% secara tahunan, meski lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya.
Seluruh komponen pengeluaran pada kuartal IV 2020 juga mengalami kontraksi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kecuali konsumsi pemerintah yang tumbuh 1,76%. Konsumsi rumah tangga minus 3,61%, konsumsi LNPRT negatif 2,14%, pembentukan modal tetap bruto/investasi minus 6,15%, serta ekspor dan impor masing-masing minus 7,21% dan minus 13,52%.
"Secara umum, kontraksi yang terjadi pada kuartal keempat ini tidak sedalam kuartal ketiga sehingga menunjukkan arah perbaikan," katanya.
BPS sebelumnya mencatat, jumlah penduduk Indonesia mencapai 270 juta hingga September 2020. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia meningkat sebanyak 3,26 juta atau 1,25% per tahun selama 2010-2020. "Laju pertumbuhan ini dipengaruhi faktor kelahiran, kematian, dan migrasi," kata Suhariyanto dalam Rilis Bersama Data Sensus Penduduk 2020 dan Data Administrasi Kependudukan 2020, Kamis (21/1).
Direktur Riset Core Indonesia Pitter Abdullah mengatakan, pandemi Covid-19 meningkatkan jumlah pengangguran dan penduduk miskin. Adapun bantuan sosial yang diberikan pemerintah hanya dapat membantu mereka yang terdampak.
"Bansos itu hanya Rp 600 ribu per bulan. Mereka yang terkena PHK mungkin kehilangan pendapatan Rp 3 juta per bulan," kata Pitter kepada Katadata.co.id.
Hasil survei Badan Pusat Statistik tentang dampak Covid-19 terhadap pelaku usaha menunjukkan 6,78% perusahaan harus berhenti beroperasi. Sementara ada 18,7% perusahaan yang memutuskan menghentikan operasionalnya sementara.
Pelaku usaha yang bertahan pun akhirnya merasionalisasi perusahaannya dengan mengurangi beban operasional. Hal ini turut berdampak terhadap kondisi ketenagakerjaan Indonesia. Iklan lowongan kerja selama pandemi turun drastis dari 34,4 ribu pada kuartal IV-2019 menjadi 11,4 ribu pada kuartal III-2020. Hal ini menyebabkan para pencari kerja kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan di tengah pandemi.
Di sisi lain, angkatan kerja meningkat sebesar 1,74% sehingga menambah angka pengangguran sebesar 37,6% dari 7,1 juta pada Agustus 2019 menjadi 9,77 juta pada Agustus 2020. Dari jumlah itu. 2,56 juta pekerja menganggur akibat Covid-19. Sementara penduduk yang bekerja justru menurun 0,24%. Daya tawar pekerja pun turun yang terlihat dari pengurangan jam kerja dan penurunan rata-rata upah tahunan sebesar 5,2%.