Imbal Hasil Obligasi AS Melonjak, Rupiah Anjlok ke 14.557 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,01% ke level Rp 14.482 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot pagi ini, Rabu (31/3). Rupiah melemah akibat lonjakan imbal hasil obligasi AS.
Mengutip Bloomberg, rupiah terus melemah dari posisi pembukaan dan menyentuh Rp 14.557 per dolar AS hingga pukul 10.00 WIB. Mayoritas mata uang Asia melemah pagi ini. Yen Jepang turun 0,24%, dolar Hong Kong 0,01% rupee India 0,97%, ringgit Malaysia 0,1%, dan baht Thailand 0,09%. Sementara dolar Singapura menguat 0,07%, dolar Taiwan 0,01%, won Korea Selatan 0,17%, peso Filipina 0,02%, dan yuan Tiongkok 0,13%.
Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan, rupiah berpeluang terus melemah terhadap dolar AS hari ini karena tertekan oleh tingkat imbal hasil atau yield obligasi AS. "Untuk tenor 10 tahun kembali mengalami kenaikan tajam 1,76% dari sebelumnya 1,72%," ujar Ahmad kepada Katadata.co.id, Rabu (31/3).
Yield surat utang AS tenor lima tahun juga sempat naik ke level 0,95%, tertinggi dalam 13 bulan terakhir. Dolar AS juga terus menguat ditopang positifnya data tingkat keyakinan konsumen AS, kian membebani rupiah.
Data kepercayaan konsumen AS yang baru dirilis jauh melebihi ekspektasi. Indeks Keyakinan Konsumen Conference Board (CB) naik menjadi 109,7 pada Maret 2021, tertinggi dalam periode satu tahun dan di atas estimasi konsensus sebesar 96,8.
Indeks dolar AS berada di level 93.34 saat ini, naik 0,05%. Mata uang Negeri Paman Sam pun terlihat perkasa dibanding euro, pound Inggris, dolar Australia, dolar Kanada, dan franc Swiss.
Dari dalam negeri, Ahmad memperkirakan, rupiah akan terbebani tingginya permintaan valas korporasi. "Permintaan untuk kewajiban pembayaran dividen, utang jatuh tempo, dan sebagainya jelang akhir kuartal I ini," katanya.
Kurs rupiah akan melemah hingga penutupan hari ini dan bergerak pada rentang support Rp 14.400 dan resisten Rp 14.500 per dolar AS.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri menyebutkan bahwa tekanan eksternal memang masih sangat tinggi terhadap rupiah. "Tekanan berasal dari kenaikan yield surat utang AS, stimulus fiskal negeri tersebut, dan margin calls issue," kata Reny kepada Katadata.co.id, Rabu (31/3).
Sementara dari domestik, pasar masih menanti rilis data inflasi besok. Rupiah diperkirakan bergerak dalam rentang Rp 14.443-14.505 per dolar AS.
Survei pemantauan harga Bank Indonesia pada minggu keempat Maret 2021 memperkirakan inflasi bulan ini sebesar 0,08% jika dibandingkan Februari 2021. Dengan perkembangan tersebut, prediksi inflasi Maret 2021 secara tahun kalender sebesar 0,44% dan secara tahunan sebesar 1,36%.
Penyumbang utama inflasi Maret 2021 sampai dengan minggu keempat yaitu komoditas cabai rawit sebesar 0,04% secara bulanan, bawang merah 0,03%, serta tomat dan ikan mas masing-masing sebesar 0,01%. Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi, antara lain cabai merah dan emas perhiasan 0,03%.