IMF Ramal Ekonomi RI Tumbuh di Bawah Malaysia & Vietnam hingga 2022
Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini dari 4,8% menjadi 4,3% meski melihat prospek pertumbuhan ekonomi global lebih baik. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ini berada di bawah tiga negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia, Vietnam, dan Filipina.
IMF meramal pertumbuhan ekonomi ketiga negara tersebut berada di atas 6% pada tahun ini dan tahun depan. Ekonomi Malaysia akan tumbuh 6,5% pada tahun ini dan 6% pada tahun depan, Vietnam tumbuh 6,5% pada tahun ini dan 7,2% pada tahun depan, sedangkan Filipina tumbuh 6,9% pada tahun ini dan 6,5% pada tahun depan. Adapun Indonesia pada tahun depan diproyeksi hanya tumbuh 5,8%.
Lembaga ini juga menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi kelompok negara emerging dan berkembang Asia dari 8% menjadi 8,6% Proyeksi yang lebih baik tersebut, menurut IMF, mencerminkan pemulihan yang lebih kuat setelah pelonggaran pembatasan di berbagai negara seperti India.
"Namun, beban kasus Covid-19 masih tinggi di beberapa negara kawasan seperti Indonesia dan Malaysia pada kuartal I 2021 menutup prospek pertumbuhan," kata IMF dalam laporan World Economic Outlook Managing Divergent Recoveries yang dirilis Selasa (6/4).
Meski demikian, IMF memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 5,8% pada tahun depan. Sementara inflasi diramal berada di level 2% pada tahun ini dan meningkat menjadi 3,1% pada 2022.
Lembaga ini juga memperkirakan defisit transaksi berjalan Indonesia hanya 1,3% pada 2021 dan sedikit meningkat menjadi 1,4% pada 2022. Angka pengangguran akan berada di kisaran 6,5% pada tahun ini dan menurun 5,8% pada tahun depan.
Seluruh proyeksi IMF tersebut didasarkan pada kebijakan fiskal dan moneter Indonesia. Pada kebijakan fiskal, asumsi lembaga itu dilandasi oleh moderatnya kebijakan perpajakan, reformasi administrasi, hingga peningkatan belanja sosial dan modal secara bertahap selama jangka menengah sesuai kemampuan fiskal. Sementara asumsi kebijakan moneter sejalan dengan inflasi dalam rentang target bank sentral dalam jangka menengah.
Proyeksi IMF yang lebih rendah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia berbanding terbalik dengan ramalan lembaga ini pada prospek ekonomi global. IMF merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 5,5% menjadi 6%.
Menurut IMF, pemulihan ekonomi akan berbeda antar negara dan sektor. Hal ini mencerminkan variasi gangguan yang disebabkan pandemi dan tingkat dukungan kebijakan. Prospek pertumbuhan ekonomi tiap negara tidak hanya bergantung pada hasil pertempuran antara virus dan vaksin, tetapi juga bergantung pada seberapa efektif kebijakan ekonomi yang diterapkan.
Peningkatan prospek ekonomi AS menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi negara maju. IMF memproyeksi ekonomi AS tumbuh 6,4% pada tahun ini, melesat dari proyeksi Januari sebesar 1,3%.
IMF merekomendasikan setiap negara agar bisa memfokuskan kebijakannya untuk penanganan krisis kesehatan akibat Covid-19. Setiap negara juga perlu mengantisipasi dampak jangka panjang akibat pandemi, antara lain peningkatan ketimpangan hingga bermunculannya perusahaan gagal.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis percepatan vaksinasi akan membuat tercapainya target pertumbuhan ekonomi tahun ini 4,5%-5,3%. Program vaksinasi mencapai 10,49 juta dosis per 28 Maret 2021 yang terdiri dari pemberian vaksin virus corona suntikan pertama kepada 7,25 juta orang dan suntikan kedua 3,24 juta.
"Akselerasi vaksinasi akan terus dilaksanakan guna memulihkan kepercayaan publik," ujar Airlangga dalam Forum Diskusi Publik: Optimalisasi UU Cipta Kerja sebagai Strategi Utama Akselerasi Investasi Indonesia, Selasa (30/3).
Selain vaksinasi, Airlangga menyebutkan bahwa pengendalian Covid-19 melalui pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. Kebijakan tersebut untuk menyeimbangkan aspek pengendalian Covid-19 dan ekonomi.
Di sisi lain, program pemulihan ekonomi nasional (PEN) akan terus dilanjutkan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi. "Tahun ini alokasinya bahkan lebih tinggi dari realisasi tahun lalu," kata dia.
Pemerintah memutuskan menambah alokasi anggaran PEN 2021 menjadi Rp 699,43 triliun, lebih tinggi dari alokasi 2020 Rp 695,2 triliun dengan realisasinya Rp 579,78 triliun. Angka ini bahkan hampir dua kali lipat dibandingkan alokasi awal dalam APBN 2020 sebesar Rp 373,2 triliun.