Peredaran Uang Melonjak Saat Lebaran, Ekonomi Bisa Tumbuh di Atas 7%
Perputaran uang tunai selama Lebaran tahun ini melonjak 41% dibandingkan tahun lalu. Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono mengatakan, perkembangan tersebut mencerminkan aktivitas berbelanja meningkat sehingga ekonomi kuartal II berpotensi tumbuh di atas 7%,
"Ini mengonfirmasi bahwa ekonomi pada kuartal II 2021 akan lebih bagus lagi," kata Susiwijono dalam media briefing, Senin (17/5).
Perekonomian yang jauh membaik pada kuartal kedua juga terlihat dari beberapa indikator makro saat ini, yakni belanja masyarakat, indeks keyakinan konsumen, purchasing managers' index (PMI) manufaktur, dan mobilitas masyarakat pada kuartal II yang terkonfirmasi cukup tinggi.
Selain itu, menurut dia, terdapat beberapa program perlindungan sosial seperti bantuan sosial tunai (BST), yang didorong cair saat Lebaran. "Memang ada hal-hal yang sejalan antara peredaran uang tunai Lebaran dengan beberapa kondisi empiris dan data ekonomi kita," ujarnya.
Realisasi program BST hingga 11 Mei 2021 telah mencapai Rp 11,81 triliun, atau 98,39% dari alokasi anggaran Rp 12 triliun pada program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021.Pihaknya bersama Kementerian Keuangan dan Kementerian Sosial sedang membahas kemungkinan perpanjangan program tersebut dan akan berasal dari mana dana tambahannya.
Di sisi lain, Susi menilai bahwa kenaikan peredaran uang tunai selama Lebaran juga disebabkan oleh mulai melonggarnya pembatasan masyarakat saat ini jika dibandingkan Hari Raya Idul Fitri pada tahun lalu yang sangat ketat. Hal tersebut menyebabkan mobilitas yang cukup tinggi meski ada larangan mudik.
Susiwijono memperkirakan ekonomi kuartal kedua tahun ini akan tumbuh di atas 7%. Kemungkinan tersebut mengingat dasar yang rendah pada pertumbuhan ekonomi periode yang sama tahun sebelumnya ditambah dengan berbagai macam kebijakan terbaru pemerintah.
Bank Indonesia mencatat, penarikan uang tunai oleh perbankan secara nasional hingga hari operasional terakhir sebelum libur Lebaran atau 11 Mei 2021 sebesar Rp 154,5 triliun. Realisasi tersebut mencapai 101,5% dari perkiraan sebelumnya Rp 152,14 triliun dan naik 41,5% dibandingkan Lebaran tahun sebelumnya Rp 109,2 triliun.
Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI Marlison Hakim mengatakan, peningkatan permintaan uang kartal pada periode Lebaran tahun ini sudah diperkirakan oleh bank sentral seiring dengan asumsi pertumbuhan ekonomi dan bertambahnya mobilitas masyarakat.
Selain itu, bertambahnya permintaan uang kartal pada periode Lebaran tahun ini disebabkan adanya program BST pemerintah yang dibayarkan bertepatan dengan periode lebaran. "Pelarangan mudik Lebaran 2021 yang berada dalam masa Pembatasan Sosial Berskala Mikro berbeda dengan larangan mudik 2020. Ini dapat diperhitungkan sebagai faktor penambah permintaan uang kartal pada periode lebaran tahun ini," kata Marlison kepada Katadata.co.id, Senin (17/5).
Khusus untuk wilayah Jabodebek, bank sentral melaporkan bahwa realisasi penarikan uang tunai pada Lebaran tahun ini Rp 34,8 triliun, naik dibandingkan Lebaran tahun lalu Rp 21,7 triliun. Ini antara lain juga terpengaruh oleh larangan mudik.