Rupiah Melemah di Tengah Penantian Hasil Rapat The Fed
Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,16% ke level Rp 14.295 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot pagi ini, Rabu (19/5). Rupiah kian loyo ke Rp 14.314 per dolar AS hingga pukul 10.20 WIB di tengah penantian notulen rapat kebijakan Bank Sentral AS, The Federal Reserve.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan, pelaku pasar menantikan notulen rapat kebijakan moneter AS yang akan dirilis dini hari nanti. "Pasar masih ingin mengonfirmasi sikap bank sentral terhadap kenaikan laju inflasi di AS saat ini, apakah ada sinyal pengetatan moneter atau tidak," ujar Ariston kepada Katadata.co.id, Rabu (19/5).
Data inflasi AS pekan lalu tercatat naik 4,2% atau lebih tinggi dari perkiraan pasar. Namun, indeks dolar AS masih cenderung melemah belakangan ini.
Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS berada di level yang cukup rendah yakni 89.82. Namun, mayoritas mata uang utama, seperti pound Inggris, dolar Australia, dolar Kanada, dan franc Swiss melemah jika dibandingkan mata uang Negeri Paman Sam . Hanya euro yang perkasa.
Menurut Ariston, pasar masih menganggap Fed tidak akan mengubah kebijakan pelonggaran moneternya dalam waktu dekat karena data tenaga kerja AS yang belum menunjukkan pemulihan seperti sebelum pandemi. Hal ini mungkin bisa menahan pelemahan rupiah.
Ariston mengatakan, pelaku pasar pada pagi ini menghindari aset berisiko, terlihat dari pelemahan indeks saham Asia, yang mengekor pelemahan indeks saham AS kemarin. "Potensi pelemahan rupiah ke area Rp 14.300, dengan potensi support di kisaran Rp 14.250 per dolar AS," katanya.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menilai, terlihat adanya pola upward bar pada grafik harian yang mengindikasikan adanya potensi depresiasi secara teknikal. "Estimasi di antara Rp 14.190 - 14.320 per dolar AS," ujar Nafan kepada Katadata.co.id, Rabu (19/5).
Menurut dia, data makroekonomi domestik yang bisa memberikan dampak positif terhadap rupiah masih minim. Di sisi lain, kekhawatiran terkait perkiraan adanya kenaikan kasus Covid-19 di Tanah Air usai lebaran dan dinamika perkembangan mutasi corona turut menjadi sentimen negatif.
Presiden Joko Widodo telah meminta kepala daerah untuk waspada lantaran ada potensi kasus baru Covid-19 meskipun pemerintah telah melarang masyarakat pulang ke kampung halamannya. Apalagi saat ini ada 1,5 juta orang yang mudik pada periode 6-17 Mei.
"Kami berharap kasus aktifnya tidak sebesar pada tahun-tahun lalu," ujar Jokowi saat memberikan pengarahan kepada kepala daerah se-Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Senin (17/5).
Mantan Wali Kota Solo itu juga menyoroti kenaikan mobilitas masyarakat di tempat wisata. Pemerintah mencatat, mobilitas di lokasi wisata pada libur Idulfitri naik 38,4% hingga 100,8% dibandingkan pekan sebelumnya pada hari yang sama.
Jokowi mengatakan pemerintah tetap akan menyeimbangkan aspek kesehatan dan ekonomi dalam menangani corona. Ia mencontohkan, tingkat okupansi hotel yang mengalami peningkatan saat Lebaran menandakan adanya aktivitas ekonomi.
Namun ada potensi penularan Covid-19 seiring dengan peningkatan angka tersebut. Oleh sebab itu ia meminta kepala daerah untuk waspada. "(Peningkatan okupansi) itu baik untuk ekonomi, tapi hati-hati untuk Covidnya. Hati-hati," kata Jokowi.