Mayoritas Komoditas Ekspor Indonesia ke Tiongkok Anjlok pada Mei
Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok anjlok paling dalam secara bulanan pada Mei 2021. Padahal, harga komoditas global sedang melonjak cukup tinggi.
Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan bahwa nilai ekspor ke Tiongkok turun US$ 460 juta dari US$ 4,11 miliar pada April 2021 menjadi US$ 3,71 miliar pada Mei 2021. "Harga komoditas meningkat tetapi ada penurunan volume atau permintaan," ujar Suhariyanto dalam Konferensi Pers Kinerja Ekspor Impor, Selasa (15/6).
Berdasarkan data BPS yang diterima Katadata.co.id, hampir seluruh komoditas ekspor ke Tiongkok mengalami penurunan dari segi nilai. Komoditas yang mengalami penurunan ekspor paling dalam, yakni biji, terak, dan abu logam sebesar 43,17% dari US$ 192,4 juta menjadi US$ 109,4 juta.
Disusul, ekspor karet dan barang dari karet yang turun 40,62% dari US$ 55,5 juta menjadi US$ 33 juta. Ekspor lemak dan minyak hewan/nabati terkontraksi 38,06% dari US$ 571,7 juta menjadi US$ 354,1 juta.
Ekspor berbagai produk kimia turun 31,4% dari US$ 148,1 juta menjadi US$ 101,6 juta. Ekspor besi dan baja turun 27,31% dari US$ 1,16 miliar menjadi US$ 842,5 juta.
Ekspor alas kaki menurun 23,69% dari US$ 70,8 juta menjadi US$ 54 juta. Ekspor barang lainnya terkontraksi 17,25% dari US$ 579 juta menjadi US$ 479,1 juta. Ekspor tembaga dan barang daripadanya minus 5,06% dari US$ 75,9 juta menjadi US$ 72 juta. Demikian pula ekspor kertas, karton, dan barang daripadanya juga yang turun 1,61% dari US$ 105,6 juta menjadi US$ 103, juta.
Sementara itu, ekspor bahan bakar mineral melesat 42,67%, diikuti migas yang naik 36,87%, dan pulp dari kayu 9,96%.
Suhariyanto menyebutkan bahwa harga beberapa komoditas menanjak pada Mei 2021. Jika dibandingkan dengan bulan April 2021, harga minyak mentah di pasar dunia naik 5,7% dari US$ 61,96 per barel menjadi US$ 65,49 per barel.
Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas nonmigas, seperti batu bara, minyak kelapa sawit, timah, tembaga, nikel, dan emas. "Batu bara misalnya naik 16,07%, minyak kelapa sawit 7,9%, dan tembaga 8,98%," ujar dia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis lonjakan harga komoditas akan membantu percepatan pemulihan ekonomi domestik. "Lonjakan harga ini membantu kita pulih lebih cepat," kata Airlangga dalam acara halalbihalal virtual bersama wartawan, pertengahan Mei 2021.
Ia menyebutkan, komoditas yang mengalami lonjakan harga di antaranya yakni nikel, minyak sawit mentah, karet, tembaga, dan emas. Kenaikan tersebut juga seiring meningkatnya permintaan global.
Airlangga pun berharap Indonesia dapat mengoptimalkan tingginya harga komoditas dengan hilirisasi. Indonesia sebelumnya cenderung hanya mengekspor bahan mentah ke luar negeri. Namun, dalam empat hingga lima tahun terakhir, pembangunan industri berbasis nikel di dalam negeri sudah masif sehingga tidak lagi mengekspor bahan baku.
Mantan Menteri Perindustrian tersebut menilai Indonesia mampu mengekspor hasil hilirisasi nikel dan baja senilai US$ 10 miliar."Tentu ini merupakan capaian yang sangat baik," ujarnya.
Selain nikel dan baja, ia pun menyebutkan bahwa lonjakan harga batu bara dan alumunium harus dimanfaatkan dengan hilirisasi untuk mempercepat pemulihan ekonomi. Oleh karen itu, pembangunan smelter di Batang dan Kalimantan Barat terus dipercepat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 16,6 miliar pada Mei 2021. Jumlah itu turun 10,25% dari April 2021, tetapi meningkat hingga 58,75% dibandingkan Mei 2020.