Permintaan Lesu, BI Prediksi Penjualan Eceran Turun pada Juni

Agatha Olivia Victoria
9 Juli 2021, 14:11
penjualan eceran, bank indonesia, survei penjualan eceran, penjualan retail
@mrdiy.indonesia / instagram
Ilustrasi. Penjualan eceran makanan, minuman, dan tembakau menjadi kelompok yang paling terkontraksi pada Juni.

Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia Mei 2021 memperkirakan kinerja penjualan eceran secara bulanan terkontraksi pada Juni 2021. Hal ini disebabkan oleh  permintaan masyarakat menurun seiring normalisasi konsumsi usai kenaikan saat Ramadan dan Idul Fitri. 

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, hal tersebut tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Juni 2021 sebesar 202,3, terkontraksi 11,1% dari Mei 2021 yakni 227,5. "Subkelompok sandang dan kelompok makanan, minuman, dan tembakau tercatat terkontraksi masing-masing sebesar 8,3% dan 14,1%," kata Erwin dalam keterangan resminya, Jumat (9/7).

Makanan, minuman, dan tembakau menjadi kelompok yang paling terkontraksi. Disusul kelompok barang lainnya yang minus 11,5%, subkelompok sandang 8,3%, peralatan dan komunikasi 0,4%, perlengkapan rumah tangga lainnya 0,3%, serta suku cadang dan aksesori 0,2%. Sementara bahan bakar kendaraan bermotor serta barang budaya dan rekreasi merupakan kelompok yang berhasil tumbuh masing-masing 11% dan 4%.

Secara tahunan, penjualan eceran Juni 2021 diramal tumbuh sebesar 4,5%, melambat dari Juni 2020 yakni 14,7%. Mayoritas kelompok tercatat mengalami perlambatan, terutama kelompok suku cadang dan aksesori 24,4% dan kelompok makanan, minuman dan tembakau 9,4%. Sementara itu komoditas kelompok peralatan informasi dan komunikasi serta kelompok barang budaya dan rekreasi tercatat mengalami kontraksi penjualan secara tahunan masing-masing sebesar 31,7% dan 1,2%.

Berdasarkan wilayahnya, penjualan eceran secara bulanan pada Juni 2021  diperkirakan terkontraksi di sejumlah kota. Hampir seluruh kota kemungkinan terkontraksi, terdalam terjadi di Kota Surabaya, diikuti Semarang, Medan, Manado, dan Bandung.

Sedangkan penjualan eceran di  Makassar dan Jakarta diprediksikan masih tumbuh masing-masing sebesar 1,9% dan 5,1%. Secara tahunan, perlambatan kinerja penjualan eceran terjadi di beberapa kota, antara lain Surabaya, Medan dan Banjarmasin. Sementara ítu, terdapat sejumlah kota yang mencatat kontraksi penjualan eceran seperti Jakarta dan Bandung.

Pada kuartal II 2021, kinerja penjualan eceran terindikasi meningkat tercermin dari IPR yang tumbuh 11,6%, dari sebelumnya kontraksi sebesar 16,3% pada kuartal I 2021. Ekspansi tersebut terutama didorong oleh peningkatan penjualan subkelompok sandang, kelompok bahan bakar kendaran bermotor, suku cadang dan aksesori, dan makanan, minuman dan tembakau. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh kenaikan permintaan saat Ramadan dan ldul Fitri, serta meningkatnya aktivitas masyarakat.

Responden turut memprediksikan penjualan eceran pada tiga dan enam bulan ke depan (Agustus dan November) menurun. Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) tiga bulan mendatang tercatat sebesar 129,4 atau menurun dibandingkan 147,3 pada bulan sebelumnya. Penyebabnya, perkiraan permintaan masyarakat yang menurun. Penjualan eceran untuk periode enam bulan juga diperkirakan menurun terlihat dari IEP 133,4 atau turun dibandingkan 147,9 pada bulan sebelumnya.

Dari sisi harga, responden survei memperkirakan tekanan inflasi pada Agustus dan November 2021 menurun. Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) tiga bulan yang akan datang tercatat 124,4, menurun dari 142,4 pada bulan sebelumnya didukung distribusi barang semakin lancar.

Sementara itu, IEH enam bulan yang akan datang sebesar 119,9, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 134. Responden menyatakan hal tersebut dipengaruhi oleh distribusi barang yang lancar dan pasokan yang cukup.

Sebelumnya, Lembaga Survei Konsumen NielsenIQ melaporkan penjualan ritel makanan dan perawatan pribadi pulih paling cepat di tengah pandemi yang memaksa orang lebih sering di rumah. Ini tercermin dari besarnya peranan pertumbuhan kedua produk tersebut terhadap penjualan ritel barang konsumen yang bergerak cepat alias fast-moving consumer goods (FMCG).

Senior Manager Consumer Intelligence NielsenIQ Indonesia Nansita Basuki mengatakan bahwa kedua produk tersebut membuat pengalaman tinggal di rumah menjadi menyenangkan. “Sehingga pertumbuhannya bisa lebih cepat saat ini,” kata Nansita dalam press briefing NielsenIQ Looking Closer Consumer Behavior Recovery Signs pada akhir Juni 2021.

Makanan menyumbang peran paling besar, yakni 34 %, pada penjualan ritel FMCG pada April 2021. Namun, penjualan produk tersebut terkontraksi 1 % jika dibandingkan April 2020 dan hanya tumbuh tipis dibanding Januari 2021.

Jenis makanan yang yang menyumbang pertumbuhan antara lain bahan-bahan masakan 10%, makanan instan 11%, serta snack 13%. “Ini seiring banyaknya masyarakat yang cenderung memasak makanan di rumah selama pandemi,” ujar Nansita.

Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...