RI Dapat Hibah Bloomberg Philanthropies untuk Transisi Energi Bersih
Indonesia menerima dana hibah dari Bloomberg Philanthropies melalui PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI). Hibah diberikan melalui dua kesepakatan program untuk membantu proses transisi energi bersih di Indonesia.
Kepala Bagian Pengembangan Bisnis dan Kerjasama Strategis PT SMI Fakhrul Aufa mengatakan, dana hibah tersebut diberikan sejak tahun lalu untuk dua program. Pertama, program climate work foundation untuk studi dan evaluasi pemasangan panel surya di bandara pada April 2020.
Kedua, program Vibrant Ocean Initiative dengan Rockefeller Philanthropy Advisory untuk program Desa Bakti Untuk Negeri (DBUN) III – Bajo Climate Village Program pada 25 Agustus.
Ia mengatakan, pihaknya juga tengah mengajukan sejumlah usulan program baru untuk memperoleh tambahan hibah dari Bloomberg Philanthropies. Usulan tersebut masih berkaitan dengan energi terbarukan.
"Kalau kemarin kan dananya baru penjajakan, tapi ternyata dengan dana segitu programnya bisa berjalan dengan baik hingga tiga tahun ke depan kita mengincar dana yang lebih besar lagi dari Bloomberg Philanthropies," kata Fakhrul saat dihubungi Katadata.co.id, Kamis (16/9).
Kerja sama SMI dengan Bloomberg Philanthropies telah dimulai sejak 8 April 2019 dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) di New York, Amerika Serikat. Kedua lembaga kemudian meneken kesepakatan penguatan kerjasama pada Rabu (15/9) dengan fokus untuk dukungan terhadap target pembangunan berkelanjutan dalam platform pendanaan SDG Indonesia One (SIO), khususnya dalam transisi energi bersih dan penanganan perubahan iklim.
Pendiri Bloomberg LP dan Bloomberg Philanthropies Michael R Bloomberg mengatakan, pihaknya akan melanjutkan penarikan pembiayaan untuk mendukung sejumlah proyek strategis termasuk di Indonesia. Proyek ini khususnya yang mempromosikan keberlanjutan, konservasi laut dan upaya menuju nol karbon.
“Kemitraan Bloomberg Philanthropies dengan SMI telah membantu memajukan proyek energi surya dan mendorong transisi energi bersih di seluruh Indonesia, dan dalam fase kerja terbarunya kami akan memperluas kemajuan tersebut,” kata Michael R. Bloomberg dalam keterangan resmi yang dirilis PT SMI, Rabu (15/9).
Sebagai anggota Kesepakatan Paris 2015, Indonesia saat ini berkomitmen untuk mengurangi gas rumah kaca sebesar 29% dengan kapasitas sendiri. Namun target lebih ambisius hingga 41% dengan dukungan internasional pada tahun 2030.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kebutuhan pembiayaan untuk mengatasi perubahan iklim Indonesia mencapai US$ 247 miliar atau setara Rp 3.461 triliun yang digunakan untuk menghilangkan 1.081 juta ekuivalen CO2 . Sekalipun pemerintah tiap tahun rutin menarik anggaran APBN untuk perubahan iklim, ia mengatakan, jumlahnya masih kurang.
"Budget taging kita untuk perubahan iklim sejak lima tahun terakhir mengalokasi 4,1% dari APBN. Uni angkanya pasti tidak mencukupi untuk mencapai target US$ 247 miliar," kata Sri Mulyani saat menjadi keynote speaker di SAFE Forum 2021 yang diselenggarakan Katadata, Kamis (26/8)
Oleh karena itu, Sri Mulyani menekankan perlunya memobilisasi dana yang berasal dari swasta, baik domestik maupun global untuk membantu APBN mencapai target ambisius tersebut. Investor dapat diarahkan untuk membantu reformasi sektor energi dan transportasi, penangan limbah, serta menjaga sektor kehutanan.