Neraca Perdagangan Surplus, Rupiah Perkasa Tembus Level 14.000 per US$
Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,05% ke level Rp 14.125 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot hari ini. Namun, kurs rupiah berbalik menguat ke level Rp 14.000 per dolar AS seiring kinerja neraca perdagangan yang kembali mencetak surplus US$ 4,37 miliar pada September.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah bergerak menguat di posisi Rp 14.087 per dolar AS pada pukul 10,45 WIB. Posisi ini lebih baik dari penutupan kemarin di level Rp 14.118 per dolar AS.
Mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi. Dolar Singapura menguat 0,04% bersama dolar Taiwan 0,02%, won Korea Selatan 0,24%, rupee India 0,15%, yuan Cina 0,07%. Sedangkan bath Thailand melemah 0,38%, ringgit Malaysia 0,01%, peso Filipina 0,10%, dolar Hong Kong 0,04% dan yen Jepang 0,19%.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah hari ini menguat di level Rp 14.090 per dolar AS, dengan potensi resistance di kisaran Rp 14.150. Penguatan berlanjut seieirng yield US Treasury yang terus turun setelah meneyentuh level di atas 1,6% beberapa hari lalu.
"Terkoreksinya yield mungkin karena pasar mendapatkan data inflasi produsen AS di bawah ekspektasi," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Jumat (15/10).
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis malam (14/10) Indeks Harga Produsen (PPI) pada September 2021 mencatatkan inflasi 0,5% secara month-to-month (mtm) dan 8,6% secara year-on-year (yoy). Kinerja ini di bawah survei Bloomberg yang memperkirakan kenaikan 0,6% secara mtm dan 8,7% secara yoy.
PPI komponen inti, tidak termasuk kenaikan harga makanan dan energi, mengalami kenaikan 0,2% secara mtm, merupakan kenaikan paling kecil sejak awal tahun. Sedangkan secara tahunan komponen inti naik 6,8%.
Dari dalam negeri, Ariston menyebut surplus neraca perdagangan September memberikans sentimen positif. BPS mencatat neraca perdagangan pada September kembali surplus US$ 4,37 miliar sehingga secara kumulatif Januari September 2021 mencapai US$ 25 miliar. "Surplus perdagangan karena kenaikan harga komoditas ekspor dapat mendukung penguatan rupiah," kata Ariston.
Di sisi lain, menurut Ariston, pasar masih akan mewaspadai rencana tapering off. Dalam risalah rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bulan lalu diketahui bahwa The Fed berencana memulai tapering off berupa pengurangan pembelian aset dalam waktu dekat. Rencana ini kemungkinan paling cepat pertengahan November atau Desember 2021. Sementara pengumuman resminya akan dilakukan pada pertemuan FOMC awal bulan depan.
The Fed rutin membeli aset pemerintah senilai US$ 120 miliar setiap bulan dalam rangka menyediakan stimulus pandemi, ini terdiri atas US$ 80 miliar berupa US Treasury dan US$ 40 miliar sekuritas berbasis hipotek. The Fed berencana mulai mengurangi pembelian itu secara bertahap, yakni US$ 10 miliar untuk US Treasury dan US$ 5 miliar pada sekuritas berbasis hipotek. Kemudian pembelian aset ditargetkan berakhir pada akhir paruh pertama 2022.
The Fed sebelumnya juga telah memberi sinyal akan mulai menaikkan suku bunga lebih cepat dari rencana awal mereka 2023. Hal ini diketahui setelah separuh dari anggota komite FOMC dalam rapat bulan lalu melihat kenaikan suku bunga perlu dilakukan lebih cepat. Pandangan ini seiring kekhawatiran bahwa inflasi yang memanas akan bertahan lebih lama hingga tahun depan.
Senada dengan Ariston, analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto juga mengatakan rupiah akan menghadapi banyak sentimen positif hari ini. Rupiah diramal bergerak stabil di kisaran Rp 14.110-Rp 14.221 per dolar AS. Pergerakan nilai tukar dipengaruhi sentimen surplus neraca dagang yang diramal masih akan berlanjut, serta yield US Treausry yang berangsur turun.
"Selain itu, secara umum perkembangan global dan domestik masih cukup baik, dengan kasus Covid-19 yang terkendali," kata Rully kepada Katadata.co.id.
Mengutip Worldometer, penambahan kasus positif Covid-19 harian pada Rabu (13/10) 446.332 pasien. Kasus positif harian terus turun di bawah 500 ribu per hari sejak akhir bulan lalu. Sementara itu, kasus meninggal bertambah 7.602 jiwa, jumlahnya juga konsisten berada di bawah 10 ribu sejak pertengahan September.