Penjualan Rumah Masih Jeblok Meski Banjir Insentif dan Bunga KPR Turun
Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan rumah sepanjang kuartal ketiga tahun ini terkontraksi 15,19% secara tahunan. Penjualan rumah turun meski pemerintah dan BI telah mengguyurkan sejumlah insentif dan bunga KPR mencatatkan tren penurunan.
Kinerja tahunan kuartal ketiga ini lebih buruk dari kontraksi 10,01% pada kuartal sebelumnya. Kendati demikian, penjualan rumah berhasil tumbuh 1,67% secara kuartalan, membaik dibandingkan kuartal kedua yang terkontraksi dalam 13,02%.
"Penurunan volume penjualan secara tahunan pada kuartal ketiga 2021 disebabkan oleh penurunan penjualan yang signifikan pada tipe rumah kecil, sedangkan tipe rumah menengah dan besar tercatat mengalami kenaikan," tulis dalam laporan terbaru BI bertajuk 'Survei Harga Properti Residensial Primer', Jumat (12/11).
Penjualan rumah tipe kecil terkontraksi 32,99% secara tahunan, semakin dalam dari kontraksi 15,40% pada kuartal sebelumnya. Kinerja ini bahkan lebih dalam dibandingkan penurunan penjualan pada kuartal ketiga 2020 yang terkontraksi 24,99%.
Penjualan rumah tipe besar dan tipe menengah menunjukkan penguatan. Penjualan rumah tipe besar membalik sangat kuat dari kontraksi 12,99% pada kuartal kedua, menjadi pertumbuhan 45,57% sepanjang Juli-September. Pertumbuhannya bahkan lebih tinggi dari periode sebelum pandemi atau pada kuartal pertama tahun lalu.
Penjualan rumah tipe menengah masih melanjutkan pertumbuhan positif sebesar 7,03%, dibandingkan kuartal sebelumnya tumbuh 3,63%. Meski demikian, kinerja kuartal ketiga ini belum berhasil mencapai pertumbuhan signifikan pada awal tahun ini yang mencapai 25,86%.
Selain itu, BI juga mencatat terdapat lima alasan utama yang menjadi faktor-faktor penyebab pertumbuhan penjualan rumah yang terbatas pada kuartal ketiga ini.
- Kenaikan harga bahan bangunan
- Masalah perizinan atau birokrasi
- Suku bungan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
- Proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR
- Perpajakan
Penjualan rumah sepanjang kuartal ketiga kemarin tetap saja lesuh sekalipun pemerintah dan bank sentral sebetulnya sudah meluncurkan sejumlah stimulus. BI mencatat tingkat suku bunga KPR sebenarnya terus turun sejak tahun lalu. Bunga KPR berada di level 8,34% per tahun pada kuartal ketiga, turun dari 8,44% pada kuartal sebelumnya.
Di sisi lain, BI juga telah memberi stimulus berupa kebijakan uang muka 0% untuk penyaluran kredit properti sejak awal tahun ini. Insentif ini diberikan untuk pembelian rukan, rumah tapak, maupun rumah susun dengan tipe kurang dari 21, tipe 21-70 dan tipe 70 ke atas. Kebijakan ini bahkan diperpanjang sampai tahun depan.
Dari sisi perpajakan, Sri Mulyani pada awal Agustus lalu juga memperpanjang periode subsidi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk pembelian rumah sampai akhir tahun ini. Subsidi berlaku untuk pembelian rumah siap huni dengan harga di bawah Rp 5 miliar.
Pada ketentuan dari subsidi PPN ini berlaku dua diskon tarif. Rumah yang harganya di bawah Rp 2 miliar dapat menerima diskon pajak 100%. Sedangkan rumah yang harganya Rp 2 miliar ke atas sampai Rp 5 miliar, akan mendapat potongan 50%.
Seiring anjloknya penjualan hunian, harga properti juga mulai tumbuh terbatas. Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) kuartal ketiga tercatat tumbuh sebesar 1,41% secara tahunan, turun tipis dibandingkan 1,49% pada kuartal sebelumnya.
"Hal ini ditengarai oleh adanya upaya developer untuk menghabiskan rumah ready stock di mayoritas kota yang terpantau sehingga cenderung menahan kenaikan harga," tulis laporan tersebut.
Perlambatan IHPR secara terutama terjadi pada tipe menengah dan tipe kecil yang masing-masing tercatat tumbuh sebesar 1,39% dan 2,03%. Kinerja ini lebih rendah dari 1,59% dan 1,39% pada kuartal sebelumnya. Sedangkan tipe besar tumbuh relatif stabil pada kisaran 0,80%.