Bank Neo Commerce Gelar Rights Issue Lagi Awal 2022, Bidik Dana Rp 5 T
PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) akan melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMED) atau rights issue pada kuartal I-2022 senilai Rp 5 triliun. Mayoritas dana segar akan digunakan sebagai belanja modal atau capital expenditure untuk membangun infrastruktur digital.
Direktur Utama Neo Commerce Tjandra Gunawan mengatakan, penerbitan saham baru itu sejalan dengan rencana perseroan untuk memperbesar jumlah pengguna dan nasabah. Ia menargetkan pengguna aplikasi yang dirilis perseroan meningkat dua kali lipat pada tahun depan mencapai 30 juta orang.
"Kami memprediksi proses digitalisasi di Indonesia pada 2022-2023 menjadi lebih masif lagi," kata Tjandra dalam paparan publik, Rabu (29/12).
Tjandra akan mengalokasikan 50% hingga 60% dana hasil rights issue atau maksimal Rp 3 triliun untuk mengembangkan infrastruktur digital perseroan. Pengembangan infrastruktur mencakup penambahan fitur, memperkuat keamanan digital, meningkatkan user interface (UI) dan user experience (UX) pengguna, serta meningkatkan kapasitas infrstruktur seiring bertambahnya pengguna.
"Pada saat 28 juta user mengakses aplikasi Neobank secara bersamaan jangan sampai jadi blank," kata Tjandra.
Perusahaan saat ini telah memiliki sejumlah strategi untuk pengembangan bisnis pada tahun depan. Dua di antaranya meluncurkan fitur baru. Berikut tiga strategi utama perseroan tahun depan:
- Fitur pembiayaan digital atau digital lending yang akan tersedia pada akhir Januari 2022. Saat ini perusahaan memiliki fitur digital lending tetapi baru tersedia di apilikasi Akulaku sejak November 2021.
- Fitur Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
- Bekerja sama dengan mitra strategis Application Programming Interface (API). Kerja sama ini ditujukan untuk menyediakan pembiayaan pada segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Melalui strategi tersebut, perseroan berharap dapat menambah pengguna aplikasi Neobank menjadi 15 juta orang. Dari tambahan tersebut, 60-70% pengguna aplikasi atau 10,5 juta orang diharapkan menjadi nasabah.
Adapun Tjandra juga menyebut, sekitar 30% dana hasil right issue akan digunakan untuk operasional perusahaan, seperti biaya marketing, edukasi, dan penguatan sumber daya manusia.
BBYB saat ini baru saja rampung menggelar rights issue atau Penawaran Umum Terbatas (PUT) V melalui HMETD. Dalam aksin tersebut, perusahaan mengalami kelebihan pesanan atau oversubscribed sebanyak 679 juta saham atau senilai Rp 882,5 miliar. Bank digital ini pun berhasil menghimpun dana senilai Rp 2,49 triliun.
Emiten perbankan berkode BBYB ini menerbitkan saham baru melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue sebanyak-banyaknya 1,92 saham baru seharga Rp 1.300 per saham. Dengan kata lain, perusahaan mengalami kelebihan permintaan sebesar 35,23% dari batas atas target penawaran umum terbatas (PUT) V.
Ini adalah kali kedua PUT BBYB mengalami kelebihan permintaan. Sebelumnya, PUT IV pada 2021 juga mengalami kelebihan tersebut mencapai 426 juta saham senilai Rp127,9 miliar. Pada PUT IV, efek yang ditawarkan mencapai 832,72 juta saham dengan harga Rp 300 per saham. Alhasil, dana segar hasil PUT IV yang diterima perseroan mencapai Rp 249,82 miliar.
Secara total, perseroan telah mendapatkan dana segar senilai Rp 2,73 triliun sepanjang 2021. Tujuan dua PUT yang dilakukan pada tahun ini adalah memenuhi syarat modal inti yang ditetapkan OJK minimal Rp 2 triliun pada akhir tahun ini. Angka tersebut akan naik menjadi Rp 3 triliun pada akhir 2022. Per September 2021, modal inti BBYB baru mencapai Rp 1,02 triliun.