Transaksi Harian Transfer Online BI Fast Tarif Rp 2.500 Capai 235 Ribu
Bank Indonesia (BI) memulai implementasi tahap awal sistem pembayaran ritel baru BI Fast sejak pertengahan Desember bersama 21 perbankan. Infrastruktur baru ini disambut antusias tercermin dari volume transaksi rata-rata harian yang diproses mencapai 235.730 transaksi.
"Peningkatan ini didorong oleh semakin banyaknya bank yang membuka layanan sampai level nasabah serta antusiasme dari masyarakat untuk mencoba transaksi melalui BI Fast," demikian tertulis dalam Laporan Tahunan Bank Indonesia, dikutip Kamis (27/1).
Layanan BI Fast ini resmi meluncurkan pada Selasa (21/12). Pada tahap awal ini, terdapat 21 perbankan yang berpartisipasi sebagai peserta, terdiri atas 15 peserta langsung dan 6 peserta tidak langsung.
Pada tahap ini, layanan yang tersedia baru untuk individual credit transfer, baik yang menggunakan nomor rekening maupun yang menggunakan proxy address, berupa alamat email atau nomor handphone.
"Berbagai layanan lain seperti debit transfer dan bulk transfer akan secara bertahap diluncurkan mulai akhir 2022," kata BI.
BI juga berencana menambah jumlah peserta BI Fast pada akhir bulan ini. Dalam peluncuran bulan lalu, BI menyebut sudah ada 22 calon peserta yang akan ikut go-live tahap kedua ini. Satu di antaranya, yakni Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
BI Fast merupakan infrastruktur pembayaran ritel yang disiapkan untuk menggantikan layanan lama Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Karena itu, sistem baru ini memiliki layanan real-time 24/7. Selain itu, layanan ini juga mendukung penyelesaian transaksi atau settlement secara cepat hanya dalam waktu 25 detik.
Keunggulan lainnya yakni berbiaya lebih murah. Biaya transaksi yang dibebankan ke nasabah adalah maksimal Rp 2.500 per transaksi, lebih rendah dibandingkan SKNBI sebesar Rp 2.900 per transaksi. Sementara itu, biaya yang dibebankan Bank Indonesia kepada peserta adalah Rp 19 per transaksi.
Adapun pada tahap awal implementasi BI Fast ini tersedia di 21 bank peserta, diantaranya.
- BCA
- Bank CIMB Niaga
- BRI
- BTN
- Bank DBS Indonesia
- Bank Permata
- Bank Mandiri
- Bank Danamon Indonesia
- Bank UOB Indonesia
- Bank Mega
- BNI
- BSI
- Bank OCBC NISP
- BTN UUS (Unit Usaha Syariah)
- Bank Permata UUS
- Bank CIMB Niaga UUS
- Bank Danamon Indonesia UUS
- BCA Syariah
- Bank Sinarmas
- Bank Citibank NA
- Bank Woori Saudara Indonesia
BI Sebelumnya mengatakan, kepesertaan BI Fast akan terus ditambah setiap enam pekan ini. Adapun penentuan kepesertaan mempertimbangkan aspek 4C yakni contribution, capability, collaboration, dan champion in readiness.
Dalam keterangan persnya bulan lalu, BI mencatat sudah ada 22 calon peserta yang akan ikut tahap kedua. Ini terdiri atas 21 perbankan dan satu non-bank yaitu KSEI.
Adapun calon peserta perbankan untuk tahap kedua ini, antara lain, yakni Bank Sahabat Sampoerna, Bank Harda Internasional, Bank Maspion, Bank KEB Hana Indonesia, BRI Agroniaga, Bank Ina Perdana, Bank Mandiri Taspen, Bank Nationalnobu, Bank Jatim UUS. Kemudian Bank Mestika Dharma, Bank Jatim, Bank Multiarta Sentosa, Bank Ganesha, Bank OCBC NISP UUS, Bank Digital BCA, Bank Sinarmas UUS, Bank Jateng UUS, Bank Standard Chartered, Bank Jateng, BPD Bali dan Bank Papua.