Efek Perang, Kemenkeu Waspadai Inflasi Bisa Sentuh 4% Tahun Depan
Pemerintah menargetkan inflasi tahun depan masih akan berada di rentang 2%-4% seperti tahun ini. Namun, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara memperkirakan inflasi memang masih akan tinggi pada tahun depan dan menyentuh batas atas target.
"Akan ada sedikit kenaikan mungkin sampai 4%, tidak apa-apa, tapi harus dijaga supaya inflasi tidak menjadi terlalu tinggi dan kemudian malah menjadi bumerang bagi pertumbuhan ekonomi," kata Suahasil dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2022, Kamis (21/4).
Suahasil mengatakan kenaikan inflasi domestik saat ini sudah mulai terlihat. Laporan Maret mencatat inflasi 2,6% secara year on year (YOY). Inflasi sudah mulai naik setelah relatif rendah selama dua tahun pandemi.
Kenaikan inflasi juga terjadi di beberapa negara. Inflasi di Amerika menyentuh 8,5%, disusul kawasan Eropa 7,5%, Jerman 7,3%, Inggris dan India 7%, Italia 6,7% dan bahkan di Brasil sudah menyentuh 11,3%.
Di tingkat global, kenaikan inflasi terlihat sebelum perang Rusia dan Ukraina. Penyebabnya, pemulihan ekonomi menguat yang kemudian mendorong kenaikan permintaan. Di sisi lain, pemulihan kapasitas produksi masih membutuhkan waktu. Karena itu ia juga menyebut pemulihan ekonomi memiliki dampak yang harus diwaspadai.
"Sehingga inflasi yang tadinya akan ditangani, ditambah lagi oleh krisis geopolitik yang muncul sekitar Februari," ujarnya.
Tidak heran kalau kemudian Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi kenaikan prospek inflasi global. Inflasi di negara maju diperkirakan menyentuh 5,7% dan negara berkembang dan emerging 8,7%.
IMF memperkirakan inflasi domestik akan menyentuh 4% pada akhir tahun. Inflasi secara rata-rata 12 bulan akan berada di level 3,3% pada tahun ini dan masih bertahan di level yang sama pada tahun depan. Inflasi tahun ini diperkirakan lebih tinggi dalam tiga tahun terakhir, terutama dibanding tahun lalu yang hanya 1,6%.
Suahasil menyebut dengan kenaikan inflasi ini kemudian menjadi tugas bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk meredam kenaikan harga dan menjaga daya beli masyarakat rentan. Seperti diketahui, pemerintah saat ini menyiapkan tambahan bansos berupa BLT minyak goreng kepada lebih dari 23 juta penerima.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi tahunan Indonesia sebesar 2,64% pada Maret 2022. Laju inflasi tersebut naik dari 2,06% (yoy) pada Februari 2022. Angka tersebut juga jauh di atas Maret 2021 yang berada di level 1,37%. Peningkatan ini terjadi karena hampir seluruh kelompok pengeluaran mengalami inflasi. Tingkat inflasi tertinggi berasal dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 4,43%.
Indeks harga konsumen (IHK) kategori makanan, minuman, dan tembakau mengalami laju inflasi atau naik 3,59% YOY ke level 113,32 pada Maret 2022. Inflasi ini merupakan yang tertinggi setidaknya dalam lima bulan terakhir. Berikut grafik Databoks: