Dihantam Inflasi Tinggi, Ekonomi Inggris dan AS di Ambang Resesi
Lonjakan inflasi yang membayangi dunia telah mendorong sejumlah negara, terutama perekonomian maju seperti Amerika Serikat dan Inggris di ambang resesi pada 2023. Pertumbuhan ekonomi kedua negara tersebut diperkirakan melambat pada tahun depan.
Konfederasi Industri Inggris (CBI) menjadi lembaga ketiga yang memangkas perkirakan pertumbuhan ekonomi Negeri Ratu Elizabeth dalam seminggu terakhir. Ini menyusul revisi ke bawah yang dilakukan Kamar Dagang Inggris dan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).
"Biar saya perjelas - kami memperkirakan ekonomi akan sangat stagnan. Tidak perlu banyak hal untuk mengarahkan kami ke dalam resesi," kata Direktur Umum CBI Tony Danker dikutip dari Reuters, Senin (13/6).
Pendapatan rumah tangga di Inggris berada di jalur kontraksi 2,2% pada tahun 2022, penurunan terbesar sejak tahun 1950-an. Penurunan tersebut tak terbendung sekalipun pemerintah Inggris diperkirakan mengeluarkan dana hingga US$ 46 miliar untuk mendukung aktivitas ekonomi masyarakat.
Dengan prospek pelemahan ekonomi tersebut, CBI memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Inggris tahun ini dari semula bisa tumbuh 3% menjadi 1%. Perekonomian Inggris tahun depan diperkirakan lebih rendah dibandingkan perkiraan tahun ini sebesar 3,7%.
CBI mendesak pemerintah untuk berkomitmen melanjutkan insentif pajak yang besar atas investasi bisnis yang akan berakhir. Selain itu, pemerintah juga diminta menghindari tindakan sepihak dalam perselisihan dengan Uni Eropa mengenai aturan perdagangan pasca-Brexit untuk Irlandia Utara.
"Perang di Ukraina, pandemi global, ketegangan yang berkelanjutan pada rantai pasokan yang semuanya didahului oleh Brexit, telah terbukti menjadi resep beracun bagi pertumbuhan Inggris," kata kepala ekonom CBI Rain Newton-Smith.
Namun, Inggris bukan negara pertama yang diramal akan menghadapi resesi. Negara ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat juga dibayangi resesi seiring kenaikan inflasi yang kini telah menyentuh rekor tertinggi dalam lebih dari empat dekade.
Mengutip CNBC Internasional, berdasarkan data pelacak Produk Domestik Bruto (PDB) The Fed Atlanta, GDPNow Fed Atlanta pada awal pekan lalu memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal kedua hanya sebesar 0,9%.
Perkirakan tersebut lebih rendah dibandingkan perkiraan pekan sebelumnya yang masih optimis bisa tumbuh 1,3%. Ini melanjutkan penurunan yang suda terjadi pada tiga bulan pertama tahun ini dengan pertumbuhan hanya 1,5%.
Pembicaraan tentang resesi telah meningkat pada tahun ini di tengah melonjaknya inflasi yang telah meredam prospek laba perusahaan. Banyak investor di Wall Street masih mengharapkan kombinasi ketahanan dalam belanja konsumen dan pertumbuhan pekerjaan untuk menjaga AS keluar dari resesi.
“Saat ini, sepertinya pembicaraan tentang resesi adalah cerita 2023, bukan tahun ini," kata kepala ekonom di perusahaan konsultan RSM Joseph Brusuelas.
OECD memperkirakan perekonomian AS dan Inggris akan melambat pada tahun depan. Outlook pertumbuhan ekonomi AS tahun ini sebesar 2,5% dan menjadi 1,2% pada tahun depan. Perekonomian Inggris akan tumbuh 3,6% pada tahun ini dan akan stagnan pada tahun depan.
Inflasi Inggris akan terus meningkat dan mencapai puncaknya yakni di atas 10% pada akhir 2022. "Karena kekurangan tenaga kerja dan pasokan serta harga energi yang tinggi, sebelum secara bertahap menurun menjadi 4,7% pada tahun akhir tahun 2023," kata OECD dalam laporan terbarunya.