Modal Asing Keluar Rp 6,2 Triliun dalam Sepekan, Rupiah Turut Melemah
Bank Indonesia mencatat modal asing keluar dari pasar keuangan domestik sebesar Rp 6,2 triliun pada pekan ini. Keluarnya dana asing ikut menyeret pelemahan nilai tukar yang sempat menyentuh ke level 15.000/US$ sebelum akhirnya berbalik menguat di penutupan sore ini.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono merincikan, keluarnya modal asing pekan ini terdiri atas outflow di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 3,54 triliun dan pasar saham Rp 2,66 triliun.
"Berdasarkan data setelmen sampai dengan 7 Juli 2022 (ytd), nonresiden jual neto Rp 117,90 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp58,99 triliun di pasar saham," kata Erwin dalam keterangan tertulisnya, Jumat (8/7).
Persepsi risiko investasi Indonesia meningkat tercermin dari premi credit default swap (CDS) lima tahun naik ke 145,14 bps per 7 Juli 2022 dari 139,07 bps per 1 Juli 2022. Yield SBN benchmark 10 tahun naik ke 7,26% hari ini, menyusul kenaikan yield US Treasury 10 tahun ke 2,99%.
Nilai tukar rupiah bergerak melemah pada pekan ini sebelum akhirnya menunjukkan penguatan menjelang penutupan perdagangan Jumat sore. Kurs garuda parkir di level Rp 14.979 per dolar AS pada penutupan perdagangan pekan ini, melemah 36 poin dari akhir pekan lalu.
Analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri menyebut pelemahan rupiah pekan ini masih dipengaruhi sentimen The Fed. Rupiah melemah karena ekspektasi The Fed yang tetap hawkish dan wait see terhadap rapat pembuat kebijakan (FOMC meeting) pada Juli 2022. The Fed diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga pada pertemuan kali ini.
Risalah rapat FOMC Juni yang dirilis pekan ini juga mendorong kembali kuatnya sentimen The Fed. Dalam notulen rapat tersebut diketahui bahwa pejabat pembuat kebijakan The Fed akan memgambil langkah ekstra meredam inflasi, termasuk kenaikan bunga 50-75 bps. The Fed juga tak gentar mengerek bunga sekalipun langkah ini bakal mendorong ekonomi tumbuh lebih lambat.
Kekhawatiran resesi akibat kenaikan bunga acuan di sejumlah negara, termasuk di AS, memperburuk posisi rupiah. Riset Nomura menyebut resesi bukan hanya dialami AS, tapi juga mengancam Eropa, Inggris hingga Korea Selatan.
Namun, rupiah menunjukkan penguatan jelang penutupan pekan. "Data cadangan devisa yang dirilis meningkat kemarin direspons positif oleh pasar," kata Reny kepada Katadata.co.id.
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2022 sebesar US$ 136,4 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi pada akhir Mei 2022 sebesar US$ 135,6 miliar. Peningkatan posisi cadangan devisa pada Juni 2022 antara lain dipengaruhi oleh penerbitan global bond Pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa.
Pengumuman kenaikan level PPKM Jabodetabek pada awal pekan ini sempat memberi tekanan ke rupiah. Namun, Reny menyebut kebijakan itu hanya berlangsung sehari dan akhirnya kembali ke level 1, sehingga efeknya tidak begitu besar. Apalagi, pemerintah juga berencana memberlakukan wajib booster untuk perjalanan sehingga mendorong optimisme pasar.